Malam yang cerah. Ibu mengajakku bicara. Tentang laki-laki itu.
“Ayu, dia lelaki yang baik.”
“Sebaik apa, Bu?”
‘Sebaik ayah kandungmu.”
“Jadi Ibu telah menjatuhkan pilihan padanya?”
“Apakah kau keberatan?”
Aku terdiam.
“Ibu mencintainya?” tanyaku menelisik. Kulihat Ibu mengangguk.
“Baiklah. Jika Ibu yakin ia bisa menggantikan ayah, Ayu terserah Ibu.”
Ibu tersenyum. Memeluk pundak ringkihku seraya berbisik,"Kuharap ia menyanyangimu seperti anak kandungnya sendiri.”
Malam itu aku sulit memejamkan mata. Memikirkan rencana Ibu yang hendak menikah lagi. Ah, sudah berapa lama Ibu hidup menyendiri? Cukup lama. Hampir lima tahun semenjak ayah tiada. Dan selama itu Ibu mampu bertahan hidup hanya berdua bersamaku.