"Kenapa kita mesti ke hotel?" tanyaku dengan dada bergemuruh.
"Ini perintah. Sepertinya Ibu Milenia tidak ingin suaminya mengetahui kalau ia pernah menikah dan mempunyai anak...Ups, maaf, aku harus mengatakan hal tidak menyenangkan ini."
Aku terdiam. Tiba-tiba saja rindu yang selama ini terpendam menguar. Menghapus rasa bahagia yang beberapa waktu lalu sempat kurasakan.
"Pak Sopir, turunkan saya di sini!" aku menyentuh pundak laki-laki yang duduk di belakang kemudi. Mobil perlahan menepi, lalu berhenti.
"Hei, Nak, apa yang kau lakukan?" sekretaris Ibu menatapku heran. Tangannya terulur berusaha mencegahku.
"Maafkan saya. Saya tidak berminat lagi bertemu dengan Bos Anda. Apalagi menculiknya..." ujarku sembari tersenyum.Â
Aku turun dari mobil dengan langkah sigap.
Tiba-tiba saja aku teringat Ayah di rumah.
Kukira, aku harus segera menelponnya dan mengatakan ini, Dad, I proud of you....
***
Malang, 16 Februari 2017