Gerimis masih lincah menari-nari.
"Naiklah, Gordy," seseorang membukakan pintu mobil. Aku mengenali suaranya.
"Mana--- Ibu?" tanyaku terbata. Mataku mengedar pandang. Hanya ada dua orang di dalam mobil. Sopir dan perempuan yang mengaku sebagai sekretaris Ibu.
"Ibu Milenia masih di kantor," Sekretaris itu tersenyum. Ia beringsut dan memintaku agar segera duduk di sampingnya.
Perlahan mobil mulai melaju meninggalkan halaman. Aku melambaikan tangan ke arah Ayah yang berdiri di teras rumah melepas kepergianku.Â
Sepanjang perjalanan perasaanku membuncah. Akhirnya, setelah bertahun berpisah kami akan bertemu lagi. Bagaimana rupa Ibu sekarang? Masih cantikkah ia? Oh, Ibu, aku sangat merindukanmu. Apakah dirimu juga merindukan aku?Â
Beberapa saat pikiranku melayang membayangkan sosok Ibu.Â
Dering ponsel milik perempuan di sampingku menghentikan lamunanku.
"Ya, Ibu Milenia? Gordy sudah bersama kami," sekretaris itu menyentuh pundakku. Mataku berbinar. "Baiklah. Kami akan membawa anak ini ke hotel sesuai perintah Anda."
Ke hotel? Mengapa Ibu tidak membawaku ke rumahnya?Â
Aku menoleh. Menatap sekretaris di sebelahku.