Aku berseru memanggilnya. Tapi ia tidak mendengarku. Kakinya terus melangkah menuju pojok ruangan tanpa memedulikanku. Tangannya yang  kurus perlahan menyentuh guci raksasa yang pernah menyelamatkannya.
Guci itu berputar hebat. Bagai gasing. Lalu pyaaaarrrr...!!! Pecah berkeping.
Mataku basah. Tak lagi nyalang.Â
***
Malang, 28 September 2016
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!