Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Renjana Akhir Januari

28 Januari 2016   07:11 Diperbarui: 28 Januari 2016   07:47 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin Kiera sedang khilaf. Mencintai San yang bukan haknya, memaksakan takdir untuk memilikinya, itu adalah kekhilafan terbesar yang pernah dilakukannya. Dan Kiera tidak menyadari itu.

Sementara aku tak mampu mengingatkan dia lagi. Kamu tahu, seseorang yang tengah jatuh cinta, sungguh sangat sulit dinasehati. Hati Kiera sedang mengawang. Membumbung tinggi. Melewati batas angkasa dan memuntahkan buncahnya pada liris tanpa jeda. Mengumbar hasrat dalam bentuk syair bertabur bunga dan pelangi. Ia tak henti bicara tentang rindu. Berkisah tentang sebuah mimpi.

Ia telah menghabiskan berlembar imajinasi dalam berjuta detik waktu hanya untuk memuja sosok San.

Bagi hati yang sedang mencinta, apa yang tidak dirasa indah? Bahkan luka perih bercucur darah pun, nyaris terasa indah.

Kiera, di mana akal sehatmu? batinku mengemu.

Ah, aku hampir lupa, untuk hati yang lagi kasmaran, bukankah bicara logika itu percuma?

"Kiera, jangan mencintai San. Kau akan sakit dan mati..." ketus aku mengingatkannya. Kiera tak bergeming. Ia tetap bersikukuh mencintai San. Baginya San adalah sekeping harapan. Secercah cahaya. Dan yang lebih konyol, Kiera menganggap San itu cinta sejatinya.

Hoho, Kiera, kamu terlalu mengagungkan San. Cinta sejati itu cuma cerita lama. Sejak kisah tragis Romeo dan Juliet, Qaish dan Laila, disusul kematian Sam Pek dan Eng Tay, cinta sejati telah ikut terkubur di dalam tanah bersama mereka. Melegenda.

"Sekali lagi, Kiera. Dengarkan aku. Ya, ini tentang San. Dia bukan untukmu."

Kiera menatapku. Tak bersuara.

Kiera. Ia seperti mahluk asing di hadapanku. Ia bukan seperti Kiera yang kukenal selama ini. Kiera yang manis, yang selalu bersedia mendengarkanku. Kini Kiera jauh berbeda. Ia jadi seorang  pembangkang. Pasti ini gara-gara dia. Laki-laki bernama San itu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun