Dan benang merah pun semakin jelas....
Tak terlalu sulit bagiku untuk menemukan tempat persembunyian Nugie. Ia sendiri yang menyambut kedatanganku. Sekilas ada yang berubah pada penampilannya. Nugie sekarang tampak lebih gemuk dari sebelumnya.Â
"Hai, Ran! Ternyata aku tidak bisa bersembunyi darimu, ya," ia tersenyum kecut.
"Kau tahu, aku memiliki bakat menjadi detektif," selorohku.
"Oke, kita bicara di dalam." Nugie mengajakku masuk ke dalam ruangan berukuran luas. Ruangan itu dipenuhi oleh perabot-perabot antik dan terkesan mahal.
"Bagaimana perkembangan di kantor?" ia bertanya seraya menghempaskan tubuh di atas sofa.
"Mr.J mengendalikan semuanya dengan baik," jawabku. Aku duduk tidak jauh darinya.
"Kita bicara topik lain. Bagaimana dengan Rhein?" ia sengaja menekankan suaranya. Aku membetulkan posisi dudukku.
"Ia membutuhkanmu, Gie. Sangat membutuhkanmu. Kau harus segera menemuinya," ujarku serius. Nugie tidak menyahut. Ia mengalihkan pandangan ke arah langit-langit rumah.
"Jangan jadi pria pengecut, Gie. Tak seharusnya kau meninggalkan Rheinara tanpa pesan. Ia sangat tergantung padamu. Ia teramat mencintaimu!" Aku mulai menyerangnya dengan kata-kata.
"Tahu apa kau tentang cinta, Ran?" Suaranya terdengar kosong.