Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Halimah, si Kaki Buntung

10 September 2019   14:15 Diperbarui: 11 September 2019   00:13 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
theodysseyonline.com

Setelah beres kuliah, Herman dan Mita menikah. Kehidupan ekonomi mereka tidak kekurangan suatu apapun. Karena, Herman dipercaya menjadi direktur perusahaan milik mertuanya. Begitupun dengan kehidupan rumah tangganya sangat harmonis. Keduanya saling mencinta dan saling setia.

Pada suatu sore, Herman dan Mita tengah duduk santai di beranda rumahnya. Keduanya tampak romantis. Canda tawa, peluk cium mewarnai bincang santai diantara keduanya.

Suasana romantis mendadak terhenti. Seorang perempuan setengah tua dengan kaki kanannya buntung ditemani seorang pria menghampirinya.

"Siapa kalian?" Tanya Mita, kaget karena merasa tidak kenal dengan kedua orang itu, yang tak lain adalah Halimah dan Arman.

Sementara Herman, sejenak ingin menghampiri perempuan itu dan merangkulnya. Namun ditahan, dia kembali duduk dan pura-pura tidak mengenalnya.

Ditanya Mita, Halimah sama sekali tak menghiraukan. Matanya tertuju pada Herman yang sedang berpura-pura baca surat kabar.

"Herman anakku...!" Seru Halimah, dengan pandangan tajam menuju Herman.

"Hei ibu salah lihat kali. Suamiku sudah tidak punya orang tua" Sanggah Mita. Matanya melotot tanda kurang senang atas pengakuan Halimah.

"Tidak. Ibu yakin dia Herman anakku" Keukeuh Halimah. Dengan langkahnya yang disangga tongkat mau menghampiri Herman. Namun cepat di halangi Mita.

"Hei ibu jangan kurang ajar ya. Ngaku-ngaku anak orang. Sudah saya bilang, suamiku itu sudah tidak punya ibu"

Sementara Herman mulai gelisah melihat perdebatan isteri dan ibunya. Bingung apa yang mesti dilakukan. Malu, rahasianya akan segera terbongkar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun