Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Halimah, si Kaki Buntung

10 September 2019   14:15 Diperbarui: 11 September 2019   00:13 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
theodysseyonline.com

"Husst jangan bicara seperti itu..! Dia anakku dan juga keponakanmu" Sanggah Halimah, tidak suka oleh sikap yang ditunjukan adik iparnya.

"Begini kalau teteh terlalu lembut dan baik. Anak sendiri pun jadi ngelunjak dan tidak tahu rasa terimakasih. Aku hanya tidak ingin si Herman jadi anak durhaka" Sahut Arman makin tampak kesal.

"Udah ah. Sekarang katakan, mau apa kau ke sini?"

"Aku mau ngajak teteh pindah ke kota. Menempati rumah almarhum. Aku ingin teteh tidak repot-repot lagi nyari duit. Sudah cukup, sekarang waktunya istirahat"

"Tapi bagaimana kalau nanti anakku pulang?" Dia akan bingung, ibunya tidak ada di rumah"

"Udah, teteh jangan banyak pikiran dulu. Nanti kita sama-sama cari Herman di kota."

"Benarkah?" Tanya Halimah antusias. Matanya langsung berbinar waktu Arman mau ikut mencari anaknya.

"Iya teh, aku janji...!"

"Kalau begitu, teteh mau ikut denganmu"
Demikianlah, Halimah akhirnya ikut pindah dengan adik iparnya ke kota. Dengan harapan, bisa bertemu dengan Herman.

***
Herman yang berparas tampan dan pintar menjadi idola di kampus tempatnya kuliah. Banyak gadis yang terpikat. Namun, hanya Mita yang berhasil mencuri hatinya. Keduanya serius menjalin hubungan asmara hingga lulus kuliah. Tapi, selama menjalin hubungan kasih, Mita tidak pernah bertemu dengan ibu kekasihnya. 

Lantaran Herman mengaku sebagai anak yatim piatu dan hidup sebatang kara. Hal ini juga diketahui orang tua Mita. Kendati demikian kedua orang tua Mita tidak mempermasalahkan status Herman. Di mata Mita dan orang tuanya, Herman adalah sosok pria baik, tampan, pintar dan bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun