"Husst jangan bicara seperti itu..! Dia anakku dan juga keponakanmu" Sanggah Halimah, tidak suka oleh sikap yang ditunjukan adik iparnya.
"Begini kalau teteh terlalu lembut dan baik. Anak sendiri pun jadi ngelunjak dan tidak tahu rasa terimakasih. Aku hanya tidak ingin si Herman jadi anak durhaka" Sahut Arman makin tampak kesal.
"Udah ah. Sekarang katakan, mau apa kau ke sini?"
"Aku mau ngajak teteh pindah ke kota. Menempati rumah almarhum. Aku ingin teteh tidak repot-repot lagi nyari duit. Sudah cukup, sekarang waktunya istirahat"
"Tapi bagaimana kalau nanti anakku pulang?" Dia akan bingung, ibunya tidak ada di rumah"
"Udah, teteh jangan banyak pikiran dulu. Nanti kita sama-sama cari Herman di kota."
"Benarkah?" Tanya Halimah antusias. Matanya langsung berbinar waktu Arman mau ikut mencari anaknya.
"Iya teh, aku janji...!"
"Kalau begitu, teteh mau ikut denganmu"
Demikianlah, Halimah akhirnya ikut pindah dengan adik iparnya ke kota. Dengan harapan, bisa bertemu dengan Herman.
***
Herman yang berparas tampan dan pintar menjadi idola di kampus tempatnya kuliah. Banyak gadis yang terpikat. Namun, hanya Mita yang berhasil mencuri hatinya. Keduanya serius menjalin hubungan asmara hingga lulus kuliah. Tapi, selama menjalin hubungan kasih, Mita tidak pernah bertemu dengan ibu kekasihnya.Â
Lantaran Herman mengaku sebagai anak yatim piatu dan hidup sebatang kara. Hal ini juga diketahui orang tua Mita. Kendati demikian kedua orang tua Mita tidak mempermasalahkan status Herman. Di mata Mita dan orang tuanya, Herman adalah sosok pria baik, tampan, pintar dan bertanggung jawab.