Mohon tunggu...
Elang Langit
Elang Langit Mohon Tunggu... -

nakal...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Fiktor) Peluru Terahir

7 April 2012   07:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:56 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merekapun pamit juga dengan lelaki tua yang meminjamkan gitarnya sambil berniat mengembalikan gitar.

"Ambil saja gitar itu nak...kakek sudah tidak membutuhkannya lagi"

"Jangan kek...lebih baik, gitar ini diberikan pada cucu kakek. Kelak cucu kakek akan menjadi musikus terkenal di negeri ini..menjadi seorang raja." ramal Elang.

Lalu merekapun memberikan gitar itu di sertai sebungkus roti biskuit sebagai tanda mata.

"Ini kek..dicicipi...kami ambil dari markas Belanda yang pernah kami serang"

Sang kakek mulai mencicipi

"Wow..enak sekali..biskuit apa ini" ucap san kakek sambil membaca label pada kemasannya.

"Biskuit Rhoma...nama yang keren...akan kusematkan nama itu pada cucuku"

Ramalan Elang terbukti, berpuluh tahun kemudian, Rhoma menjadi raja dangdut yang terkenal hahahaha.

"Tapi..ini ada angka 1845 maksudnya apa?" tanya si kakek. (teliti jg neh kakek)

'Oh...itu expired kek..artinya udah basi seratus tahun yang lalu" ucap mereka sambil kabur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun