Aku tak membalas. Aku dalam skenario semesta, yang adil bijaksana. Masih ada takdir Yang Maha Kuasa. Jika karma itu mendera. Kau tak perlu protes. Itu buah yang kau tanam sendiri.Â
Siapa menebar angin, akan menuai badai. Itu bukan dariku. Aku tak mampu apa apa. Itu bahasa Illahi Yang menegur bejatmu bersama manusia bunglon. Manusia pujaanmu yang akan terus membayangiku hingga kiamat.Â
Aku pilih diam. Aku sudah bosan berdebat. Karena itu buang waktu. Buang umur. Buang kesempatan. Sekarang aku ikuti takdir, seperti air mengalir. Katarsis jiwa, menuju takdir suci. Bagi orang orang yang berjuang.
Malang, 13 Februari 2022
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H