Seharusnya, kita itu baik baik saja. Tak ada sengketa. Tak ada dendam membara. Ada disyukuri, tak ada berjuang lagi. Saling menerima apa adanya. Saling percaya, saling dukung, saling menguatkan. Tanpa dendam. Jalani berdua dengan syukur.Â
Tetapi....
Sekali lagi, Tetapi.....
Saat Pangeran Tampan berwibawa itu datang. Disambut gegap gempita. Sang satpam kesatria dari negeri antah berantah. Kau tiba tiba bingung kesalon. Perawatan khusus. Mata lentik. Rambut rebounding. Dandan tidak biasa.
Dandan luar biasa. Spesial dan khusus bagai menjemput jodoh kiriman Illahi. Tapi lupa statusmu apa.
Tak sekedar lupa.
Tapi sudah pikun. Keblinger. Dan menebar fitnah maha dahsyat, tentang apa yang kau lakukan itu. Adalah....
Benar. Harus dibenarkan. Tak boleh ada yang menyalahkan. Tak boleh !!!!
Dasarnya : Dendam kusumat, tafsir pribadimu tanpa klarifikasi. Pukul, dan terus pukul. Emansipasi wanita keblinger. Untuk kepuasan nafsu rendahan.Â
Seharusnya duduk bersama. Dibahas dari hati ke hati. Diskusi ramah, tanpa amarah. Menata hati, tanpa emosi. Diselesaikan bertahap untuk solusi. Itu idealnya.
Tapi Fakta tentang dirimu itu....
Kau, sudah melakukan ini berkali kali. Diulang ulang. Dan tidak kenal kapok. Seolah kau bangga bila ada pangeran tampan memujimu. Naksir padamu.Â
Kau merasa cantik. Mempesona. Bisa menggetarkan hati para lelaki jalang. Ilmu pengasihan mu tingkat dewa. Bikin semua lelaki bertekuk lutut. Tunduk patuh.Â
Kau selalu bercerita tentang ilmu rahasia. Pegangan para selebritis. Susuk cinta, bikin para pangeran berdiri pusakanya. Dan segera melampiaskan hasrat biologis. Dilakukan dengan tertawa ngakak bahagia. Tanpa ada rasa risih. Dianggap hebat berpahala.
Jujur ini menyakitiku.
Jujur itu merendahkan martabat wanitamu. Kau jual murahan harga dirimu. Untuk atas nama balas dendam. Dan kepuasan nafsu binatang.Â
Dan Ini membuatku terhina, karena aku masih ada. Masih hidup. Masih suamimu. Aku tidak memfitnahmu zina. Tapi kau sendiri yang bersaksi. Kau mengaku.
Mengaku berzina!
Mengaku puas melakukannya. Berkali kali. Mereguk nikmat dunia. Dengan sadar. Suka sama suka. Mau sama mau. Dan berganti ganti lelaki.Â
Kau merasa wanita hebat. Dan Bangga melakukannya. Kau cerita ketagihan. Berganti ganti pejantan tangguh. Seolah itu sangat mulia. Sebuah prestasi yang menggetarkan dunia.Â
Pada suatu waktu. Aku masih memaafkanmu. Tapi setelah perjanjian terakhir. Itu tak termaafkan. Karena kau melampaui batas.Â
Hubungan toksik. Pura pura bahagia. Pura pura nyaman. Tapi palsu. Hanya mempertahankan status belaka. Apa kamu bahagia? Kalau aku? Tidak. Ini bencana. Ini cara mudah mendatangkan azab dan bencana.
Tak perlu panjang lebar. Kau bisa dengan mudah bilang. Itu dulu, sekarang tidak. Itu dulu, kena sihir, sekarang sudah sadar. Semudah itu kau bilang.
Katamu, pangeran tampan itu sudah pergi. Sudah minggat. Sudah tidak ada lagi. Padahal, Sudah menikmati tubuhmu secara gratis dan dzolim, kamu yang membiayai dia, agar dinas satpam mentereng, lalu dengan gampang say good bye. Enak bukan? Sungguh sangat mulia, setelah merampok kehormatanmu, lalu pergi dengan gampangnya.
Pertanyaannya, kenapa yang kau tuntut diriku? Kok bukan dia yang kau beri nikmat? Sejak ada dia, hingga sekarang, aku hanya kau peralat belaka. Rugi menikah, tanpa dipenuhi kebutuhan batin. Tapi kau pakai alasan nikah, untuk tuntutan tak masuk akal. Katanya tak tanggung jawab. Padahal aku yang kau peras. Padahal sebelumnya, aku kau habisi tanpa ampun.Â
Jadi aku ini dimanfaatkan. Diperalat. Hubungan Toksik yang merugikan. Haruskah dipertahankan?
Seharusnya dia tanggung jawab. Sudah diberi enak, kok sekarang lari. Jangan jangan, ini babak baru sandiwaramu. Kesepakatan rahasia pakai Cara dia. Bisikan pujaanmu itu. Kan nanti dapat modal untuk mantap mantap seri selanjutnya. Enak, lezat tak perlu susah payah kerja. Dapat modal melimpah tanpa batas.
Aku tak menuduh.
Aku tak sebar Fitnah.
Aku hanya sampaikan apa yang aku rasa. Apa yang aku lihat. Apa yang kau ceritakan. Dan yang pasti, Kuasa Tuhan telah membongkar aib ini. Karma instan telah Menelanjangi bejatmu.Â
Dan ternyata...Â
ini semua konspirasi manusia bunglon. Konspirasi Reptilian yang canggih. Akal kadal bangsat, yang bisa berbolak balik alasan. Setelah merampok, melenggang pergi. Jika ada peluang, datang lagi. Melancarkan strategi baru yang tak disangka. Kau telah masuk jebakan sandiwara terhebat, hingga kau terbuai. Terbius. Dan sirna derajat kehormatan mu sendiri.Â
Dan hebatnya lagi, semua tentang dia itu kau bela. Kau perjuangkan setengah mati. Dia harus dibenarkan. Tak boleh sedikitpun disalahkan. Kau sangat kasihan pada dirinya. Semua tentang dia adalah kebenaran mutlak.
Karena dia ahli ibadah.
Amalnya sundul langit.
Tapi kenyataannya, dia mengumbar nafsu cara binatang. Cara dzolim. Cara zina. Kok dia yang kau bela? Dalilnya mana? Kau menukar surga rumah tanggamu dengan surga para iblis. Tapi kau tertawa puas diranjang setan. Dan merasa itu dimuliakan langit bumi.
Kamu waras?
Kamu kenapa?Â
Jika sekarang dianggap sudah ending, tapi kenapa inisial kalung namanya tetap kau pakai? Dipamerkan? Sahabat karibmu mesem. Saat kita terlihat bersama. Kau bilang nunut.Â
Kata nunut jelas kosa kata bangsatmu. Pada suami kok nunut. Berarti aku ini tidak dihargai. Seperti arti mesemnya sahabatmu.Â
Konspirasi manusia bunglon. Saat aku menemuinya, kau mengkerut kebingungan. Berubah warna raut mukanya. Â Katanya, hanya menasehati. Menasehati kok menggauli? Ternyata pangeran gagah hanya wani silit Wedi Rai. Kalau kamu gentelment, datang ke aku, minta istriku secara jantan dan fix aku kasihkan. Tanpa syarat.
Tapi dibalikku kau sembunyi sembunyi, berzina dengan istriku. Dia tidak mengakui, tapi istriku mengakui. Bahwa dia itu hebat di ranjang.Â
Konspirasi manusia bunglon. Dia selalu berubah warna untuk perbuatannya. Artinya,
Lelaki yang tidak konsisten.
Lelaki pecundang yang mukul belakang.
Lelaki yang tidak tanggung jawab.
Sekarang, jadilah masa pura puramu. Panggung sandiwara setingan kadal bangsat. Seolah sudah ending. Tapi masih ada yang kau inginkan dari kejadian ini.Â
Aku. Diriku ini.Â
Kau Mempermainkan kondisiku. Melihat kelemahan ku. Memanfaatkan usahaku. Dengan cara dzolim.
Kau merasa tersinggung? Merasa ini fitnah keji? Itu bagian skenario pangeran bunglonmu. Aku tidak urus lagi. Karena Rencana semesta bukan berpihak kamu lagi.
Perlu kau tahu, fakta otentik bilang, masih ada wanita lain disisinya. Harta yang kau kirimkan untuknya, ternyata untuk wanita lain pujaan dia. Kan dia lihai, kamu ini jadi atmnya, yang lain jadi tukang tadahnya. Dan aku disiksa bagai kerja romusha.
Iya, aku sungguh goblog. Bisa ditipu. Bisa dimanfaatkan. Sadarlah, ini harus diakhiri. Agar konspirasi manusia bunglon segera tamat. Bukan aku yang menamatkan dirinya. Tapi keadilan karma semesta yang bicara.
Aku bukan orang suci. Aku juga pendosa. Tapi doa lelaki yang tersakiti itu, diijabahi Illahi.Â
Aku tak membalas. Aku dalam skenario semesta, yang adil bijaksana. Masih ada takdir Yang Maha Kuasa. Jika karma itu mendera. Kau tak perlu protes. Itu buah yang kau tanam sendiri.Â
Siapa menebar angin, akan menuai badai. Itu bukan dariku. Aku tak mampu apa apa. Itu bahasa Illahi Yang menegur bejatmu bersama manusia bunglon. Manusia pujaanmu yang akan terus membayangiku hingga kiamat.Â
Aku pilih diam. Aku sudah bosan berdebat. Karena itu buang waktu. Buang umur. Buang kesempatan. Sekarang aku ikuti takdir, seperti air mengalir. Katarsis jiwa, menuju takdir suci. Bagi orang orang yang berjuang.
Malang, 13 Februari 2022
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H