“kamu gak inget. Dasar” mas Fatih terlihat marah dengan pertanyaanku tadi
“lima yah?”
“yah lima lebih 2 bulan.”
“hihihi maaf deh aku kan paling susah kalu disuruh inget waktu”
“udah biasa kamu mah”
###
Hari ini adalah hari ulangtahunku ke 20 tahun. Mas Fatih memberikan kejutan dengan datang ke Jogja. Tak kusangka dia memberikan sebuah cincin dengan ukiran namanya dijari manisku. Dijari manisnya pun sudah tersemat cincin yang sama denganku. Setelah makan aku langsung menuju ke Magelang. Sampainya di rumah aku langsung menceritakan semua kepada ibuku. Ibuku ikut berbahagia atas lamaran dari Mas Fatih. Meski kami tidak ingin menikah dulu. Kami ingin menyelesaikan kuliah kami dan bekerja. Namun mas Fatih ingin ada sebuah ikatan diantara kami. Kami tidak ingin berpacaran, kami hanya ingin hubungan kami ini terus berjalan. Jika pacaran kebanyakan orang setelah putus mereka tidak menjalin komunikasi lagi. Maka dari itu hubungan kami hanya sebatas kakak adik. Meski mas Fatih sudah mengikatku dengan cincin tak berarti pula kami berpacaran. Hubungan kami hanya sebatas kakak adik yang saling menyayangi tanpa rasa takut akan kata putus. Sudah itu saja.
Tepat setelah mas Fatih pergi ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku. Setelah kubukakan pintu aku melihat laki-laki dengan kulit sawo matang berdiri didepan pintu rumahku.
“Tia aku menepati janjiku 12 tahun yang lalu. Kamu ingat kan Yak? Ini aku Indra”
Sontak saja aku jatuh tertunduk di depan laki-laki yang mengaku Indra. Tanpa sadar aku mengangkat tangan kiriku untuk memperlihatkan cincin yang tersemat dijari manisku. Sekujur tubuhku gemetar. Indra membantuku duduk di bangku depan rumah meski aku tahu, terlihat jelas diwajahnya rasa penyesalan, sedih, kecewa atau entah apalah itu.
Dengan suara gemetar aku hanya bisa mengatakan “maaf Ndra aku minta maaf, harusnya dari dulu sebelum kamu pergi aku minta maaf. Maaf aku sudah memilih egoku untuk tidak memaafkanmu dulu. Maaf aku tidak bisa mengucapkan kata maaf dari dulu. Maaf Ndra.. maaf..”