Mohon tunggu...
Eka D. Nuranggraini
Eka D. Nuranggraini Mohon Tunggu... -

membaca hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Laut Kembali Sunyi (Bagian 26)

26 Juli 2016   10:07 Diperbarui: 26 Juli 2016   10:17 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

***

Taufan berdiri di depan makam Baruna. “Bar, aku sudah mengikuti nasihatmu untuk mengikuti kemauan Papa dengan bekerja di kantornya. Oh iya Bar, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan mamamu, mendengar cerita dari Om Ramadhan, sepertinya mamamu sakit setelah bertengkar hebat dengan papa kandungmu. Mereka saling menyalahkan atas kepergianmu. Kedua-duanya sangat terpukul.” Taufan terbatuk. Setelah berdoa, dia pun pergi. Ketika baru saja menaiki sepeda motornya, dilihatnya sebuah mobil datang. Dari dalam mobil keluar seorang pria dengan membawa seikat mawar putih di tangannya. “Pak Lukman!” benak Taufan saat mengenali laki-laki tersebut. “Bar, papamu memberikan perhatian padamu, walaupun kamu tidak akan pernah merasakannya, tapi bunga mawar itu menandakan kalau dia menyayangimu. Aku rasa dia laki-laki yang baik.” Taufan pergi meninggalkan area pemakaman dan menuju kantor papanya.

***

Kosim memandangi lukisan hasil karyanya semalam. Laila, istrinya yang datang membawakan segelas teh manis untuknya ikut melihat lukisan tersebut.

“Jadi ini yang Bapak lukis semalam?” Kosim mengangguk. “Tidak aslinya, tidak lukisannya si Taufan memang tampan ya Pak?” Kosim tertawa mendengar celoteh istrinya. “Tapi Pak, kenapa lukisannya Taufan terlihat murung dan sedih?”

“Masa? Padahal aku melukis dia yang sedang tersenyum, lho Bu.”

“Ah, Bapak semalam pasti melukisnya sambil mengantuk, mau melukis orang tersenyum malah jadi bersedih.” Kosim memandangi lukisan bergambar Taufan dengan seksama. “Sudah, tidak usah dipandangi terus. Dia tidak bakal tersenyum dengan sendirinya,” canda Laila, lalu menyuruh suaminya itu untuk segera sarapan pagi dan segera pergi mengajar.”

***

Sekar sangat senang ketika melihat Taufan di kantor, dia sempat berpikir kalau Taufan tidak akan kembali lagi ke kantor. Taufan bekerja membantu Bayu dan Sekar dan berusaha mengikuti ritme kerja kantor papanya, namun semakin dia mengerti tentang kehidupan rutinas kerja semakin membuatnya tidak nyaman.

Jumat sore, Taufan berdiri di atap kantor Papa sambil memandang langit Kota yang nampak muram. Angin bertiup agak kencang dan udara agak lebih dingin dari biasanya. Beberapa kali terdengar dia terbatuk sambil memegangi dadanya dan setelah itu berusaha mengatur nafasnya.

“Rupanya kamu di sini.” Taufan menoleh, dilihatnya Sekar berjalan mendekat dan kemudian berdiri di sampingnya. “Sayang sekali, cuaca sore ini sedang tidak bagus. Biasanya kalau sore begini kita bisa melihat langit jingga yang indah dan burung-burung walet yang kembali ke sarangnya.”  Taufan tersenyum kemudian terbatuk-batuk lagi sambil memegang dadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun