Mohon tunggu...
Eka D. Nuranggraini
Eka D. Nuranggraini Mohon Tunggu... -

membaca hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Laut Kembali Sunyi (Bagian 26)

26 Juli 2016   10:07 Diperbarui: 26 Juli 2016   10:17 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku akan keluar sebentar. Refreshing. Mas Bayu yang menyuruhku.”

“Keluar kemana?”

“Ke tempat dimana aku menemukan duniaku sendiri.” Taufan tersenyum lalu pergi.

“Semoga kamu tidak pergi untuk bertemu dengannya, Fan. Sudah cukup aku melihaat kalian berdua waktu itu. Dan itu menyakitkanku!” benak Sekar sambil memandang kepergian Taufan. Setelah Taufan tidak tampak lagi, dia masuk ruangan.

***

Setelah pergi dari kantor, Taufan langsung ke tempat Kosim. Di studio lukisnya dia memandang lukisan bergambar Baruna dan tiga lukisan mimpinya. “Bar, aku merindukan kehadiranmu. Aku ingin kita bermain di pantai lagi, bermotor berdua dan menangkap ikan di malam hari. Aku masih berhutang banyak padamu. Aku belum membayarnya!” Taufan menghela nafasnya. “Oh iya, aku mecoba mengikuti nasihatmu untuk menuruti kehendak Papa! Tapi aku tidak betah, bosan dan merasa tidak nyaman. Itu bukan duniaku.” Taufan memejamkan matanya dan menghela nafasnya. “Aku ingin bertemu lagi denganmu, Bar!” ungkapnya. Kemudian megambil kanvas kosong dan meletakannya di penyangganya. Tidak ada yang dilakukan Taufan dengan kanvas kosong tersebut. Dia hanya memandanginya. ”Apa yang harus aku lukis? Padahal aku ingin sekali melukis!” keluhnya, lalu berjalan menuju balai kecil di sudut ruangan, membaringkan badannya dan tidak terasa dia pun tertidur.

***

Kosim yang baru pulang mengajar geleng-geleng kepala ketika melihat Taufan yang sedang tertidur di balai kecil di dalam studio lukis. aufan mendengar kedatangannya, dia membuka mata dan menyapa Kosim, kemudian duduk dibalai.

“Kenapa kamu tidur di sini, bukankah ini masih jam kantor?” tanya Kosim.

“Aku tidak betah Mas, aku benar-benar tidak nyaman di kantor. Benar-benar bukan duniaku. Setengah hari di kantor rasanya seperti seabad di dalam penjara!”

Kosim tertawa. “Papamu tahu?” Taufan menggelengkan kepalanya. “Itu namanya kamu kembali menabuh genderang peperangan dengan papmu lagi, Fan.” Taufan mendengus. “Kamu mau melukis?” Kosim menunjuk kanvas kosong yang sudah terpasang di penyangganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun