“Aku sangat merindukan laut. Tidakkah kamu merindukannya Fan?” Taufan mengangguk. “Aku ingin merasakan air dan angin laut lagi, bersamamu, Pak Syaiful, Wulan, Kakek dan yang lainnya. Aku juga rindu duduk di atas pasir pantai dan memandang matahari yang tenggelam. Aku rindu berada di dalam kapal Pak Syamsul. Kapan kita akan naik perahu bersama lagi Fan?”
Taufan tersnyum. “Yah, suatu saat kita akan naik perahu bersama lagi. Aku yang akan mengajakmu atau…kamu yang akan mengajakku.”
Taufan terbangun dari tidurnya, langsung duduk, terbatuk-batuk sambil memegang dadanya yang terasa sakit dan sesak. “Baruna, sama sepertimu, aku juga merindukan laut! Aku ingin berlayar lagi bersamamu!” katanya lirih, lalu merebahkan kembali badannya sambil terus memegang dadanya yang sakit.