“Hati Bimo memang hanya untuk satu orang, yaitu kamu, Rani!” timpal Riena.
“Kamu ngomong apa sih, Rien!”
“Ya memang Bimo itu suka sama kamu, Ran, dari dulu sampai sekarang. Buktinya semalam Bimo kesini.”
“Jangan berpikiran terlalu jauh. Dia mungkin hanya menjengukku saja, sama seperti kalian sekarang ini.”
“Tapi, kenapa harus malam-malam?”
“Yaaa...mungkin dia bisanya malam hari, siangnya kan kerja.”
Sesaat ketiga perempuan itu terdiam.
“Aku tahu Ran, waktu SMP dulu Bimo sudah menyukai kamu, dan kamu juga dulu pernah menyukai dia, kan? Ya, walaupun tidak pernah saling menungkapkan dan pacaran,” kata Asti kembali membuka pembicaraan.
“Itu kan, cuma cinta monyet, As! Cinta anak-anak. Tidak serius!”
“Tapi, Bimo serius lho Ran!” kata Asti sambil mengambil makanan kecil dipiring.
“Sudah..sudah...jangan mengungkit masa yang sudah lewat. Nanti kedengaran Bu Said, bisa-bisa kalian diinterogasi sama beliau kalau ketahuan membicarakan anak laki-laki kesayangannnya itu,” kata Riena, yang kemudian disambut tawa Asti dan Khaerani.