“Aku ini kan bos, walaupun cuma bos toko kecil, jadi bebas-bebas saja, tidak harus selalu menjaga toko. Lagipula ada Mas Saiful.” Riena tertawa. “Oh iya, bagaimana keadaan kamu, Ran. Yuyun cerita tentang kamu?”
“Seperti yang kamu lihat, aku sudah baikan.”
“Kata Yuyun, kamu kemarin pingsan dijalan, katanya pula, untung saja ada si ganteng itu yang menolongnya dan mengantarkannya ke klinik.” Riena tersenyum sambil melirik kearah Khaerani.
“Si ganteng? Siapa?” Asti nampak penasaran.
“Jangan-jangan, si ganteng itu memang suka sama kamu, Ran,” kata Riena sambil tersenyum.
Khaerani tertawa kecil, “orang menolong kok ya dibilang suka!”
“Yuyun juga bercerita. Mungkin kamu kemarin tidak melihatnya, katanya si ganteng itu dengan panik membopong kamu dari mobilnya ke ruang periksa, membaringkan kamu dan memegang tangan kamu dengan erat!”
“Bagaimana aku melihatnya, lha wong aku pingsan! Wah, Yuyun pasti menambah-nambahkan cerita!”
“Yuyun itu, adikku yang paling jujur lho! Tidak mungkin dia itu menambah atau mengurangi sebuah cerita, apalagi yang dilihatnya dengan mata kepala dia sendiri,” kata Riena tersenyum.
“Kalian sedang membicarakan siapa sih? Si ganteng? Memangnya siapa dia?” Asti semakin penasaran.
“Siapa lagi kalau bukan keponakannya Bu Said alias sepupunya Bimo, teman kita itu!”