Bao Ling melihat gelagat yang berbahaya akibat radang amarah Kaisar Yuan Ren Zhan. Ia kembali mengatupkan tangannya menghormat. Menyergah santun sebelum emosi Sang Kaisar mematikan rasionalitas berpikirnya. Bertindak di luar kendali. Memancung kepala Sang Jenderal yang dianggapnya tidak becus.
"Mohon ampun, Yang Mulia. Hamba Bao Ling, menganggap kegagalan prajurit Yuan mengadang pasukan musuh memang disebabkan faktor yang tidak dinyana. Misalnya adalah, jumlah pasukan pemberontak Yuan yang jauh di luar prakiraan sebelumnya akibat partisipan rakyat jelata terutama di daerah pesisir. Jenderal Gau Ming dan beberapa atase militer tidak menyangka hal demikian akan terjadi. Makanya, pasokan logistik dan pengadaan prajurit di Tung Shao agak terlambat sebagai antisipasi pengadangan pasukan musuh!" tuturnya mengurai dalih. "Jadi, memang sebelum segalanya terlambat, Tung Shao selayaknya diblokir untuk memblokade musuh yang menyemut di tepi Sungai Onon. Itulah sebabnya Asisten Fa membutuhkan banyak kuda untuk mengelabui pihak musuh sebagai bagian dari taktik kamuflasenya."
"Taktik kamuflase?!"
"Mohon ampun, Yang Mulia. Taktik itu dipakai untuk mengantisipasi kekurangan prajurit di pihak kita. Tiga ratus ribu pasukan pemberontak Han sudah hampir menapaki Tung Shao. Untuk melawan mereka, tentu diperlukan pasukan yang berjumlah lebih besar. Tapi, kita tidak memiliki banyak prajurit untuk menandingi mereka meskipun seluruh prajurit yang ada di Ibu Kota Da-du ditarik ke sana. Asisten Fa Mulan tidak memiliki strategi lain kecuali menggunakan siasat okhlosofobia. Taktik tersebut diharap dapat menjatuhkan mental musuh, dan mundur dari perbatasan Tung Shao karena menyangka pihak kita memiliki pasukan lebih besar dari mereka."
"Hebat!" Kaisar Yuan Ren Zhan melonjak, seperti kegirangan. Matanya berbinar-binar setelah sedari tadi menyipit karena menggeram. "Laksanakan semua strategi yang dianggap paling baik untuk menghalau pasukan Si Biram Shan-Yu itu!"
"Baik, Yang Mulia!" angguk Jenderal Gau Ming lega.
"Sekarang, kirim semua prajurit yang ada di Ibu Kota Da-du ke Tung Shao!" titah Kaisar Yuan Ren Zhan dengan otot leher yang sudah mengendur. "Bentengi semua jalan masuk ke Ibu Kota Da-du! Dan, kumpulkan semua kuda yang ada di sini!"
"Baik, Yang Mulia," angguk Jenderal Gau Ming kembali, melirik Kaisar Yuan Ren Zhan yang sudah melembut dari balik tepi caping perwira bertulisan kanji Yuan di atasnya.
"Dan mengenai amunisi dinamit yang habis, saya sudah bersurat ke Perdana Menteri Shu Yong untuk meminta Sir Arthur Jonathan di London mengirimkan paket-paket tambahan amunisi yang baru. Juga beberapa Fo Liong buatan Kerajaan Inggris."
"Fo Liong?!" Kalimat itu nyaris bersamaan keluar dari mulut ketiga orang di hadapan kaisar.
"Fo Liong merupakan persenjataan canggih mutakhir Kerajaan Inggris. Lebih cepat dari lesatan anak panah. Lebih hebat dari ledakan dinamit. Fo Liong seperti senjata Dewata. Seperti semburan api dari mulut naga yang sangat dahsyat," ungkap Kaisar Yuan Ren Zhan berkonotasi dalam nada bangga. Wajahnya sedikit semringah setelah sedari tadi memerah menahan amarah. "Fo Liong dapat melumpuhkan lawan satu peleton dari jarak jauh dengan hanya sekali tembakan."