Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (7)

23 Maret 2021   12:10 Diperbarui: 23 Maret 2021   15:12 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda itu berdiri.

Jenderal Gau Ming maju setindak dari tempatnya berdiri, lalu mengatupkan tangannya ke depan memberi hormat sebelum mengurai alasan kedatangannya menghadap Sang Kaisar.

"Yang Mulia, maksud kedatangan hamba beserta Prajurit Kurir dari Kamp Utara ini hendak menyampaikan keadaan dan perkembangan pasukan Yuan di zona pertempuran."

Kaisar Yuan Ren Zhan memajukan badannya, mengangkat punggungnya dari sandaran kursi temba-ga. Menatap bergantian pada dua sosok perwira tinggi dan prajurit madya di hadapannya.

"Sejauh ini perkembangannya bagaimana?"

"Yang Mulia, prajurit-prajurit di Kamp Utara mulai terdesak mundur karena berkurangnya pasokan amunisi dinamit dari pusat. Selain itu, pasukan pemberontak Han terus menambah personel mereka di perbatasan Tung Shao. Pimpinan Kamp Utara, Kapten Shang Weng meminta bantuan beberapa ribu prajurit Divisi Kavaleri Danuh untuk menghalau musuh yang mulai merangsek masuk ke sana. Mereka mengambil jalan pintas ke bukit Tung Shao agar dapat segera menaklukkan Ibu Kota Da-du. Menurut data strategi, kalau daerah Tung Shao dapat diduduki pasukan pemberontak Han, maka otomatis Ibu Kota Da-du akan jatuh ke tangan mereka!"

Kaisar Yuan Ren Zhan sontak berdiri.

Ia menggabruk meja di depannya dengan keras sampai pontoh giok di tangan kanannya menggemeretak. Permaisuri Niang Xie Erl terlonjak kaget. Kasim Liu bergidik, memeluk tongkat cemeti serabutnya dengan rupa gelisah. Jenderal Gau Ming menundukkan kepalanya, merasa bersalah karena tidak berdaya menghadapi kekuatan armada perang musuh di zona tempur. Bao Ling bersikap wajar, berdiri dengan tegap.

"Kurang ajar! Apa jadinya negeri ini kalau semua pejabat di sini seperti berpangku tangan!" maki Kaisar Yuan Ren Zhan. "Jenderal Gau, cepat kerahkan semua armada perang sebelum pasukan pemberontak Han itu merebut Ibu Kota Da-du!"

"Baik, baik, Yang Mulia!" balas Jenderal Gau Ming gugup dengan wajah memucat. "Ta-tapi, kita tidak memiliki cadangan amunisi dinamit lagi, Yang Mulia."

"Saya tidak peduli kalian mau menggunakan cara apa!" teriak Kaisar Yuan Ren Zhan murka. "Saya hanya mau tahu, pasukan pemberontak Han itu enyah dari Tionggoan!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun