"Kursus?"
"Tidak sampai mahir. Waktu itu saya masih kelas satu SMA. Ada iming-iming beasiswa ke Jepang dari sekolah untuk beberapa siswa teladan. Karena terobsesi, saya jadi giat belajar. Dan mengambil kegiatan ekstra kokurikuler bahasa Jepang. Lucu juga ya, mengingat motivasi yang melatarbelakangi niat saya bisa berbahasa Jepang."
Gadis itu tersenyum. "Edukasi kita mirip. Tapi motivasinya beda."
"Eh, kamu ceritakan dong sedikit tentang Jepang. Hm, saya paling suka melihat bunga sakura...."
***
"Bunga sakura berwarna merah muda. Sangat muda sehingga nampak memutih dari kejauhan. Bunga ini mempunyai lima kelopak dan sangat kecil, sehingga sulit dinikmati keindahannya secara individual. Keindahan sakura justru terletak pada jumlahnya yang sangat banyak memenuhi kanopi pohon, dan mekar bersamaan. Seperti halnya tulip di Belanda, mekarnya sakura juga menandai awal musim semi di Jepang".
Sudah pukul sebelas malam ketika Ruki menceritan keindahan simbol Negeri Matahari Terbit tersebut. Hingar bingar suasana kafe sedikit mengganggu. Namun gadis itu masih saja bersemangat berkisah tentang negerinya.
"Dan di Taman Ueno...."
"Taman Ueno?"
"Haik. Taman Ueno merupakan salah satu sakura garden yang paling ramai dikunjungi di Tokyo. Eh, sebetulnya di Tokyo ada beberapa tempat untuk melihat sakura pada awal musim semi. Misalnya, di seputaran Istana Kaisar 'Imperial Park', yang dikelilingi dengan danau buatan Hanzo-bori yang ciamik. Danau itu tampak lebih cantik dengan pantulan bayangan juntaian cabang-cabang pohon sakura yang sarat dengan bunga, yang menjulur ke atas air danau. Seperti cermin raksasa. Wah, indah sekali pokoknya. Turis-turis mancanegara yang kebetulan menginap di Palace Hotel, dapat melihat dengan leluasa pemandangan 'Imperial Park' yang sangat indah melalui jendela kamar mereka."
"Duh, asyik sekali."