Adapun di wilayah Pombewe, huntap akan dibangun di dekat kampus IAIN Sigi. Di sana, rencananya akan ada 3.000 hunian--separuhnya bakal dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi--yang tersebar di lahan seluas 104 hektare (ha).
"Kementerian PUPR fasilitasi semuanya, mulai dari land clearing sampai kavling dan sebagainya, air bersih, sanitasinya disediakan pemerintah," jelas Direktur Jenderal (Dirjen) Cipta Karya Kementerian PUPR, Danis Hidayat Sumadilaga.
Pembangunan huntap, selain dilakukan di tiga lokasi, juga berjalan di daerah-daerah terpisah. Hunian yang dibangun di daerah-daerah terpisah disebut huntap satelit.
Kenapa huntap satelit?
Karena lokasi bencana di Sulteng ini tersebar dan masyarakat berada di banyak tempat memiliki mata pencaharian bertani dan nelayan. Luas huntap satelit hanya 2,5 - 5 ha dengan rumah maksimal 100 unit di satu daerah, ungkap Arie Setiadi Murwanto.
Namun, ketidakpastian terkait siapa yang akan mendapatkan huntap masih membayangi. Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sofyan Djalil mengungkapkan Pemerintah Daerah (Pemda) ternyata belum memiliki data final calon penghuni huntap.
"Datanya itu bergerak. Oleh karena itu, perintah Pak Menko Polhukam, 2 pekan ke depan datanya harus sudah final. Sehingga, tidak bergerak lagi," tegasnya usai rapat koordinasi perkembangan tahap Rehab-Rekon di Palu, Senin (1/7).
Tak kalah penting yang saat ini menjadi fokus Ditjen Cipta Karya adalah perbaikan dan peningkatan sistem penyediaan air minum serta pengolahan air limbah di Palu, Sigi, dan semua lokasi hunian tetap (huntap).
Upaya lainnya yaitu rehabilitasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anutapura, RSUD Undata, dan RSUD Madani di Palu, RSUD Torabelo di Sigi, serta perbaikan bangunan kampus, prasarana pendidikan, puskesmas, dan pasar.
Terkait biaya, semua baru pengajuan. Pihak Kepala Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Kementerian PUPR di Sulteng sedang mengoptimalkan dan merasionalkan pengajuan dana tersebut.
Sulteng kini memperingati setahun terjadinya peristiwa gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi. Pertanyaannya, akankah pengharapan warga mendiami hunian tetap dapat terwujud?