Sampai saat ini, dari jumlah tersebut, sudah 629 unit yang dibangun di 69 lokasi. Keseluruhan huntara itu berada di Kota Palu, serta Kabupaten Sigi dan Donggala. PUPR diberi waktu dua tahun untuk menyelesaikannya. Dari 669 unit huntara di 72 lokasi, yang sudah selesai 629 unit di 69 lokasi.
Semuanya ada di tiga kota/kabupaten, yaitu Palu, Sigi, dan Donggala. Detailnya, di Kota Palu sudah dibangun 281 unit di 22 lokasi, perkembangannya 98,17 persen.
Kemudian, di Kabupaten Sigi sebanyak 195 unit di 26 lokasi, dengan progres 95,71 persen. Berikutnya, di Kabupaten Donggala telah dibangun 153 unit di 21 lokasi, kemajuannya 91,55 persen. Sampai saat ini, pembangunan huntara secara keseluruhan di tiga wilayah itu sudah mencapai 95,14 persen.
Huntara merupakan hunian transit pengungsi dari tenda sampai diselesaikannya pembangunan hunian tetap dan relokasi permukiman. Berbiaya pembangunan sekitar Rp 500 juta per unit, satu huntara dilengkapi 4 toilet, 4 kamar mandi, septic tank, tempat mencuci, dan dapur dengan listrik 450 watt di setiap bilik.
Dari 1.200 huntara yang direncanakan, lokasi yang sudah diverifikasi berada di 48 lokasi, yakni 9 lokasi di Donggala, 21 lokasi di Palu, dan 18 lokasi di Sigi.
Sebanyak 506 huntara di antaranya sudah terukur untuk penentuan tata letak (layout) dan 116 unit dalam penyelesaian dengan progres fisik 19,27 persen. Nantinya huntara tersebut dibangun dengan sistem klaster di 5 zona dengan pertimbangan faktor ketersediaan lahan dan keamanan lokasi dari dampak gempa.
Setiap klaster terdiri dari 10 unit huntara (120 bilik) yang tahan gempa, serta akan dibangun pula satu sekolah PAUD dan SD, tempat sampah, ruang terbuka untuk kegiatan warga, dan tempat parkir sepeda motor.
Di sisi Pendidikan, tercacat 1.299 sekolah atau 31 persen dari total sekolah yang ada di Sulteng terdampak bencana ini. Diantaranya 386 sekolah di Kota Palu, 267 sekolah di Kabupaten Sigi, 106 sekolah di Kabupaten Parigi Mountong, serta 540 sekolah di Kabupaten Donggala. Kejadian telah menyebabkan 262.579 siswa dan 17.429 guru terdampak (SEKNAS, 2018).
Bencana ini berdampak langsung kepada anak-anak. Setidaknya ada tiga hal. Pertama, dampak fisik, ada anak yang meninggal dunia, luka-luka, bahkan menjadi cacat. Kedua, dampak pendidikan, anak dan sekolah kehilangan dokumen penting, kualitas pendidikan menurun, anak harus pindah sekolah, bahkan ada anak yang putus sekolah. Ketiga, secara psikologis anak terganggu, apakah dalam tahap yang ringan sampai yang berat.
Hingga kini Kementerian PUPR terus menyelesaikan pembangunan huntara dengan model knockdown berukuran 12 x 26,4 meter persegi, dibagi menjadi 12 bilik, setiap biliknya dapat dihuni oleh satu keluarga. Diupayakan senyaman mungkin dan dapat digunakan dalam jangka waktu satu hingga dua tahun ke depan.
Sebanyak 1.200 unit huntara yang akan dibangun merupakan tahap pertama sambil menunggu perkembangan data pengungsi yang membutuhkan.