Sayang, kondisi berbeda terlihat di huntara lainnya yang dibangun oleh instansi lain.
Hunian Tetap
Harapan warga di hunian sementra untuk pindah mendekati kenyataan lantaran lokasi rumahnya berada di zona merah. Pasalnya, Pemerintah telah meminta masyarakat yang dulunya tinggal di zona merah atau kawasan rawan gempa di Palu, Donggala, dan Sigi untuk tidak kembali ke kawasan itu.
Agar warga yang bermukim di zona merah tak kembali, pemerintah kini tengah mengupayakan pembangunan hunian tetap (huntap) di tiga lokasi dan beberapa hunian satelit. Huntap yang sedang dibangun berada di Kelurahan Tondo, Duyu, Pombewe, dan huntap satelit yang menyebar di berbagai wilayah.
Huntap yang akan dibangun mencapai 11.788 unit. Dalam membangun huntap, sejauh ini, pemerintah telah mendapat bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Yayasan itu membantu membangun 3.000 rumah, sehingga pemerintah tinggal membangun 8.778 huntap sisanya.
"[Pembangunan huntap] Dibagi dalam tiga tahap. Ini yang pertama langsung dimulai di sini [Pombewe]. Pembangunan oleh Kementerian PUPR harus dilelang dulu, sudah mulai lelang dan lebih kurang 2 bulan lagi. Tapi ini land clearing, air minum dan sebagainya, semuanya sudah," kata Kepala Satgas Rehabilitasi dan Rekonstruksi Palu, Sigi, dan Donggala Arie Setiadi Murwanto, kepada awak media, Senin (1/7).
Huntap yang akan dibangun memiliki struktur bangunan tahan gempa. Sejumlah hunian bahkan dibangun menggunakan campuran semen dan kertas yang dipadatkan dan diklaim tahan api.
Saat ini, sejumlah huntap di daerah Tondo, Palu telah dibangun. Huntap di Tondo dibangun dengan teknologi bernama Ridha, yang merupakan akronim dari Rumah Instan dan Hunian Aman.
Dari wilayah pembangunan huntap di Tondo, terlihat jelas Teluk Palu di sisi barat. Di sisi berlawanan, membentang kawasan perbukitan.
Nantinya, di Tondo akan berdiri 4.878 huntap. Sebanyak 1.500 huntap di antaranya dibangun Yayasan Buddha Tzu Chi, sedangkan sisanya disediakan Kementerian PUPR.