Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Mati (2. Liburan 3 Anak Kota)

29 Januari 2022   16:21 Diperbarui: 29 Januari 2022   16:26 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Astaghfirullah..!,gumamku sendiri dalam hati karena telah berfikir yang tidak seharusnya kufikirkan. Tetapi sepertinya asumsiku cukup beralasan. Dengan tiadanya anak lelaki satu-satunya akan memudahkan Datuk Emran mendekati kembali emak. Aku anak laki satu-satunya tertinggal dan selama ini selalu membela dan akan berdiri tegak paling depan jika emak memerlukannya. Semata-mata kulakukan untuk mengabdikan diri kepada orangtua satu-satunya yang masih ada didepan mataku.

 

Sekembali kerumah kulihat mereka masih mengobrol santai di ruang tengah rumah.

 

"Dewa!, Pulau Penyu saat malam hari banyak penyu naik kedarat untuk bertelur," Tiba-tiba aku diberondong pernyataan oleh Fithar yang memang benar adanya. Ekspresi matanya tampak bersemangat, seiring dengan keingintahuannya yang besar sedang membayangkan situasinya yang nyata. Lelaki yang terlihat akrab sejak kedatangannya dengan Kemala. Sepertinya mereka mempunyai hubungan yang dekat dan tidak hanya sekadar teman biasa. Fithar yang rapi dan bertubuh atletis, dengan Kemala yang cantik khas gadis Melayu; mereka tampak serasi di mataku.

 

"Hutan mangrovenya lebat dan kerangnya banyak juga diberitahukan oleh temanku," kata Kemala dengan senyum lepas penuh semangat. Kadang ia membetulkan rambut yang jatuh terurai kedepan yang mengenai wajahnya. Hanya dengan jari telunjuknya. ia merapikan rambutnya kesamping telinga kanannya saja.

 

Di dapur. Api kayu ditungku kayu tempat menjejerang air seperti masih menyala hebat. Tempat Seroja biasa bercengkrama bersama Tanjung Buih. Mereka terlibat pembicaraan yang sangat serius. Ditengah pembicaraan yang menggunakan bahasa isyarat kadang terdengar olehku suara Seroja yang khas untuk menekankan maksud pembicaraanya. Seperti biasa emak mengerti apa yang dimaksudkan Seroja. Tetapi pasti sepertinya mereka lagi membicarakan keberangkatan kami ke Pulau Penyu hari ini. Berulang kali Seroja menatapku tajam. Kemudian kembali berkomunikasi dengan emak menggunakan bahasa isyarat yang banyak tidak kufahami.

 

"Diminta saja lagi tamumu untuk terus bermalam dirumah kita, Dewa!.. sampai dengan waktu sedekah laut selesai Jumat minggu depan," pinta emak agar kami membatalkan rencana kepergian hari ini. Terlihat kegusarannya. Padahal izin dari Datuk Emran telah dikantongi. Ia berusaha meyakinkanku dengan menatapku tajam. Tidak pernah kejadian sebelumnya seperti ini. Emak sepertinya memintaku penuh harap untuk tidak mengikuti saran Datuk Emran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun