Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kaliandra (Novel Seru). Episode 7

13 Mei 2011   00:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:47 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Aku diselemattkan oleh seekor semut hitam," kata Candi.

"Semut hitam?"

"Ya, seekor semut hitam merambat di hidungku. Aku terjaga. Saat itu aku mendengar suara jendela dicongkel. Aku terbangun, dan sadar ancaman itu tidak main-main. Aku menyingkir perlahan dari tempat tidur. Kuselimuti dua bantan dan sebuah guling. Lalu aku redupkan lampu," ujar Candi.

"Orang itu mengjahar gantal guling samaran itu denga belatinya?" tukas Rio.

"Ya, aku sendiri sembunyi berhimpit ke dekat lemari. Beruntung ia tak melihatku," Candi menerima segelas air putih dari Bu Parmi.

"Rupanya kau prioritas utama ancaman itu. Kau bisa kenali penyerangmu itu?" kata Rio.

"Tak jelas benar. Ia berkumis, kulitnya hitam dan mukanya jebah"

"Apa itu 'jebah'?"

"Mendekati bulat"

"Kau pernah lihat orang itu sebelumnya?" desak Rio.

Candi menggeleng dan meneguk habis air putih itu. Ia mendekap dadanya, meringis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun