Ke segala sudut lampu baterai menyebar. Tak ada gerakan, selain tumbuhan liar yang tertiup angin.
"Benar-benar kita kehilangan jejak. Lihai sekali bajingan itu menghilang!" seseorang menggerutu. Pada saat itu, Rio dan Wolfgang berlarian kecil menyongsong.
"Candi. Kau dimana?" panggil Rio.
"Aku di sini," sahut Candi terengah-engah, muncul dari gelap. Tangan kanan Candi mengurut-urut dadanya.
"Kau tak apa-apa?" tanya Rio.
"Tidak, cuma sedikit kaget. Tapi dadaku sesak"
Orang-orang segera mengerumuni Saidun yang tergeletak di tanah. Darah melumuri dadanya.
"Saidun masih bernafas. Tapi ia musti segera dirawat di rumah sakit di kota kecamatan. Cari mobil!," seseorang mengusulkan.
"Kelamaan, pakai sepeda motor saja"
Dini hari itu bagian belakang rumah Bu Parmi sibuk sekali. Bu Parmi mendekap tole di dekat pintu dengan pandangan cemas.
"Orang itu masuk kamarmu dengan sebuah belati? Bagaimana kau bisa selamat?" tanay Rio yang baru saja melongok tempat tidur Candi yang kacau balau dengan kapuk terhambur ke mana-mana.