Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kaliandra (Novel Seru). Episode 7

13 Mei 2011   00:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:47 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebentar kemudian Candi lelap. Tak ia dengar jam tua di kamar tengah mendentangkan bunyi satu kali. Tak ia dengar juga berikutnya jam berdentang dua kali.

Malam demikian senyap. Bunyi gesekan daun terdengar cukup keras. Kemudian sunyi untuk beberapa lama. Cuma sesekali tersimak suara para petugas hansip bertukar informasi keamanan. Para setugas hansip itu, berpencar pada posisi pagar betis. Jadi, mustahi; terjadi gangguan keamanan lingkungan malam itu, kecuali tamu tak diundang yang benar-benar punya keahlian menyelinap.

Tapi kadang-kadang, walaupun peluangnya kecil, semua perkucualian punya kesempatan yang sama untuk hadir. Dini hari itu, siapa nyana kalau menjelang dentang oukul tiga, sesosok hitam tiba-tiba muncul dari gelap tanpa diketahui siapapun. Bayangan itu bergerak ringan di antara pepohonan di sekeliling rumah Bu Parmi. Lincah sekali ia berpindah, dari balik pohon satu ke pohon lain, tanpa meninggalkan secuil gemerisikpun.

Hamper seluruh tubuh sosok itu berbalut pakaian serba hitam. Ikat rambutnya hitam, wajahnya bertopeng hitam. Kedua belah tangannya berbalut sarung tangan hitam. Warna bayangan itu benar-benar kelihatan sempurna menyatu dengan kelam kalau saja matanya tak berkilat cepat ke kanan dan ke kiri.

Gerakan berpindah sosok itu benar-benar menakjubkan, meski tak sebuah peneranganpun di tangan. Ia juga demikian lincah berlari di antara pepohonan dan tonggak-tonggak tali jemuran tanpa menabraknya. Sempurna sekali cara ia berkelebat dalam gelap malam.

Mengendap bayangan itu menyelinapi perdu-perdu liar. Langkahnya mantap dan sangat terlatih untuk menghindarkan suara sekecil teriakan semutpun. Semakin dekat ia ke rumah Bu Parmi, semakin cekatan ia menapaki tanah. Dan semakin sedikit bunyi tapak yang tersisa.

Dua petugas hansip yang berdiri dengan lampu baterai di tangan, tak jauh dari bagian belakang rumah Bu Parmi sama sekali tak mampu mengindera kelebat hitam itu. Mereka asyik menguliti kacang dan minum kopi. Keheningan dibiarkan lewat begitu saja.

Tiba-tiba malam terasa semakin sirep. Demikian sirepnya, sampai tak mampu membangkitkan kekuatan firasat orang sekecil apapun, yang biasanya dimiliki budaya bathin Jawa. Yang betul-betul terasa, hanyalah angin dingin pembangkit gigil dan geletuk gigi.

Sosok hitam, tanpa rintangan, berhasil merapat ke sebuah jendela di samping rumah. Jelas sekali yang dituju adalah jendela kamar Candi. Amat terampil tangan berbalut hitam itu menelusuri tepian jendela. Cekatan pula ia memastikan di bagian mana gerendel jendela terletak.

Tenang, tanpa suara, dari balik saku, tangan sosok hitam mengeluarkan selempeng benda terbuat dari logam pipih memanjang, seperti sebuah obeng. Ia telusupkan obeng pipih itu ke sela sempit antara pinggiran kusen dan daun jendela. Ia menggunakan kepalan tangannya untuk memukul masuk obeng itu, dan tangan berfungsi sebagai tenaga pengungkit.

Hanya keletak kecil yang terdengar dari gerakannya yang mengungkit jendela. Setiap gerakan yang diperkirakan akan menimbulkan bunyi, sengaja ia barengkan dengan suara angin yang menerpa dedaunan. Itulah sebabnya, acap terlihat ia menunggu beberapa saat angin berdesir, agar derak obengnya bisa tersamar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun