Mohon tunggu...
Dyah Ayu
Dyah Ayu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - bidang pendidikan

orang yang senang menulis, dan mempunyai hobi membaca selain itu juga dapat beradaptasi dengan lingkungan,berkomunikasi dengan baik serta cepat belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hanya Tak Mampu Bertahan

11 Februari 2023   09:48 Diperbarui: 11 Februari 2023   09:55 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lebih baik kamu ceraikan saja wanita itu abi" ucap wanita paruh baya yang tengah berdiri di ruang keluarga itu bernama Helena Revalina pada anak sulungnya.

Abimanyu Putra Adre merupakan anak pertama dari Alvian Danewa dan Helena Revalina, kerap dipanggil dengan nama abi oleh kedua orangtuanya. Ia saat ini telah bekerja di perusahaan.

"Sebenernya mamah itu kenapa? bukanya lea itu ngurus mamah dengan baik" tanya abi.

"Dih, lea memang baik, tapi liat saat ini kamu sudah menikah dengan lea 4 tahun lebih tapi liat lea aja belum hamil, mamah mau cucu abi. liat mamah sudah tua seperti ini" terang helena pada anaknya.

"Mah, aku dan lea juga sedang berusaha, mamah sabar dulu ya"

"Abi, meski ayahmu sudah meninggal, ia juga ingin segera punya cucu untuk mewarisi perusahanya. kau akan bersama lea lalu aku? hanya menjadi wanita tua yang kesepian"

"Tenang mamah, aku dan lea akan berusaha memberikan cucu untukmu" ucap abi 

Tanpa disadari oleh mereka sesoorang tengah medengar pembicaraan itu diruang sebelahnya meskipun hanya berbatas pintu namun masih saja tetap terdengar, orang itu tak lain adalah Azalea Diandra Putri istri dari Abimanyu Putra Adre.

"Aku tau kalian ingin punya cucu, aku pun juga ingin punya anak mah, bukan keinginanku untuk menunda punya anak" Batin lea dibalik pintu

"Wah, ada apa ini? apa aku melewatkan sesuatu?" tanya lea ramah sembari berjalan ke arah mereka"

"Tidak ada " jawab helena dengan nada tegas

"Ya sudah abi mamah pulang dulu, ya" sambung helena berlalu

"Sayang, jangan terlalu difikirkan ya, sebentar aku antar mamah ke depan dulu. kamu beres-beres aja terus istirahat" ucap abi berlalu menyusul orang tuanya.

Setelah lea membersihkan ruang rumahnya ia bergegas untuk menyiapkan keperluan suami, pasalnya sepulang abi dari kantor langsung menemui orang tuanya belum sempat membersihkan diri.

"Abi, apakah kamu sibuk?" tanya lea halus sesaat setelah meliat suaminya tengah membaca setumpuk kertas didepanya

"Tidak sayang, apa ada yang ingin kamu bicarakan padaku?" ucap abi menimpali

"iya. Sebelumnya maafkan aku karena aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kamu tadi, dan maafkan aku pula karena belum bisa memberikan cucu pada mamah. sungguh ini bukan kemauanku abi. akupun ingin memiliki anak." jelas lea dengan mata yang berkaca-kaca

"Tidak apa sayang, ini bukan salah kamu, aku mengerti dan aku juga sudah menjelaskannya kepada mamah dan papah kamu tenang saja. aku juga tidak memaksa kamu. mungkin ini memang belum rezeki kita. jangan terlalu difikirkan ya" ucap abi sembari mengelus pucuk kepada lea dengan senyum yang tulus

hiks

hiks

"Ini yang membuatku merasa terbebani abi, kamu terlalu baik. aku yang kurang, apabila aku masih belum diberi keturunan aku memperbolehkan kamu untuk menikah lagi abi dan ceraikan saja aku" ucap lea dengan tangis yang tak bisa dibendung

"Lea!" ucap abi dengan nada tinggi

"Bukankah kita sudah membahasnya. aku tidak ingin menikah lagi. bagiku kamu saja sudah cukup, sudahlah kurasa kita butuh waktu untuk menenangkan fikiran kita. aku tidur di kamar tamu malam ini" ucap abi lalu pergi meninggalkan lea

Terliat abi menahan emosinya kepada lea, pasalnya kebanyakan wanita ingin berusaha mempertahankan suaminya agar tidak mendua bahkan menikah lagi, namun berbeda dengan lea yang mempersilahkan suaminya untuk mencari perempuan lain.

"Maafkan aku abi, sungguh aku tidak kuat lagi dengan cemohan dari orangtuamu" ucap lea dengan suara yang kecil bahkan nyaris tidak terdengar

Matahari  mulai menampakan sinarnya, terlihat bahwa pagi hari cerah, namun tidak secerah kehidupan lea saat ini.

"Lea" ucap helena berpapasan pada lea didekat kompleks perumahanya

"Eh, mamah kok disini? ayo mampir dulu ke rumah" ucap lea ramah

"Tidak usah. ada yang ingin aku bicarakan kepadamu. tapi tidak disini"

Cafe Caterine

Tempat yang dipilih helena untuk berbicara dengan lea. cafe ini merupakan cafe yang menyediakan tempat khusus untuk pengunjung terutama untuk membicarakan sesuatu yang bersifat pribadi biasanya dikunjungi oleh orang orang kalangan atas.

"Duduk" ucap helena pada lea

"Lea, langsung saja. aku tau kau sangat mencintai abi. kau juga memperlakukan kami dengan baik. sayangnya kau sudah menjalani kehidupan rumah tangga cukup lama dengan abi tapi sampai sekarang, kau belum memberikan keturunan lea" sambung helena menjelaskan

"Maafkan aku mah, aku tidak tau alasanya. kami sehat-sehat saja. sungguh ini juga bukan kemauanku"

"Kau tau lea, keluarga danewa sangat menunggu keturunanya dan mereka sangat mengharpkan itu dari abi"

"Maaf mah" ucap lea dengan kepala menunduk

"Kau fikir maaf bisa membuatmu hamil lea? kau benar-benar wanita yang menyusahkan, aku akan memberikan cukup uang dengan syarat kau harus mejauhi abi" jelas helena

"Tapi mah, aku mencintai abi dengan tulus"

"Kalau tulusmu pada abi maka berikan keturunan, aku tau abi memang selalu membelamu. namun dibalik itu semua abi juga punya kekhawatiran, bukan tidak mungkin juga kalau abi mengingkan keturunan. hanya  saja abi terlalu tidak tega melihatmu memikirkanya. abi memikirkan masalahmu tapi apa kau juga memikirkan abi!" ucap helena dengan bertriak. Cukup lama keterdiaman lea untuk mencerna ucapan mertuanya itu

"Aku akan melakukanya, untuk abi" jawab lea dengan nada tak rela

"Baguslah. aku akan urus secepatnya" ucap helena sembari meninggalkan lea di cafe dengan raut sedih

Setibanya lea dirumah, tanpa disangka suaminya telah lebih dahulu tiba dirumah. lea memang pergi hanya sebentar untuk membeli keperluan dapur yang telah habis sebelum helena mengajaknya keluar.

"Sayang kamu darimana? aku kira kamu dirumah tadi" ucap abi pelan

"Ke supermarket sebentar tadi, aku ada satu permintaan apakah kau bisa menyetujuinya?

"Apapun sayang selama kamu bahagia"

"Aku ingin kita bercerai" ucap lea lantang

"Aku kau gila lea?" tanya abi berteriak

"Aku tidak akan menyetujuinya" sambung abi didepan lea

"Aku akan mengurus semuanya, kau tunggu saja, aku juga tidak meminta harta dan kekayaan ini. aku muak dengan ocehan orangtuamu yang selalu memaki diriku karena tidak bisa memberikan keturunan" ucap lea

"Apa kau yakin?" tanya abi serius

"Iya" jawab lea yakin

"Kau tau lea kita sudah pernah membahas ini dan jawabanku tetap sama. Apakah perlu kau sekeras kepala ini?"

"Mungkin bagimu ini mudah karena kau tidak merasakannya abi, namun aku yang selalu merasa terpojok. aku tau kau juga ingin segera memiliki anak"

"Aku memang menginginkanya tapi itu bersamamu lea bukan dengan orang lain. kalau perlu aku melepas keluargaku untuk mempertahankanmu lea. Kita akan keluar dari negara ini, membangun semuanya dari nol"

"Sudahlah, aku tetap menginginkan kita bercerai. suka atau tidak aku akan tetap becerai denganmu" ucap lea

"Kau akan menyesal lea"

"Tidak akan"

Cafe Laxway

Saat matahari mulai meninggi seorang wanita tengah sibuk mencatat pesanan pelanggan dengan gesitnya walaupun keringat bercucuran ia tetap bekerja, tentu untuk menghidupi dirinya dan juga anaknya disana. ya dia adalah Azalea Diandra Putri.

"Lea, bisa minta tolong antarkan pesanan ini ke meja nomor 14" tanya Zefanya Grand teman lea sekaligus bosnya di cafe

"Oke bos" jawab lea

"Panggil aja zefa le, ah kamu jangan terlalu sungkan kalau sama aku"

"Oke zefa"

"Oiya ini kan udah malem, habis ini sekalian ditutup aja cafenya, kasian juga kamu sama anak kamu kalau kerja yang berat-berat, biar yang lainya diurus sama griad atau hezy"

"maaf ya zef karena aku lagi hamil gini jadi ngerepotin kamu sama yang lainya"

"ih, udah santai aja. aku cuma pengen tau aja ni ayahnya tau engga kalau bininya hamil"

"Abi engga tau zef, aku tau kalau aku hamil setelah dua bulan bercerai, sebenarnya aku pengen kita engga pisah tapi orangtua abi saat itu pengen karena mereka mikirnya aku gabisa ngasih keturunan"

"Terus setelah kamu hamil lea, kamu mau balik sama suami kamu?" tanya zefa penasaran

"Engga zef, mungkin sekarang dia udah nikah lagi soalnya waktu abi sama aku juga kayaknya ibunya udah ngasih calon baru ke abi"

"yaudah aku ngikut keputusan kamu tapi lea kamu perlu fikirin ulang, anak ini butuh figur seorang ayah, kamu emang bisa buat ngasih peran seorang ayah sama ibu tapi tetep aja ada celah rasa"

"Aku tau zef, sekarang aku akan mengusahakan anak ini tetap sehat dulu sampai dia keluar. nantinya entah aku akan pulang untuk menghadapi masa lalu atau tetap disini membuka lembaran baru aku akan putuskan setelah ia lahir"

"Ya sudah kalau itu keputusan kamu. tenang aja aku bakal support kamu lea"

"Makasih zefa" ucap lea dengan senyum yang mengembang

Indonesia

"Tuan anda ada jadwal bertemu dengan klien empat hari kedepan di italia" ucap Maximu Henderata yang merupakan asisten pribadi abi

"Hmm, baiklah urus penerbanganku ke italia"

"Baik tuan"

"Apa ada kabar tentang lea maxim?"

"Maaf tuan, sejauh ini belum ada. kami belum menemukanya"

"Lalu kalian selama ini ngapain?!" ucap abi dengan emosi yang mengebu

"Maaf tuan"

"Maxim, sudah cukup lama aku menunggu. kau tau bukan semenjak kepergian lea aku merasa keseharianku benar benar hampa"

"Saya tau tuan, saya akan segera mencari keberdaanya"

"Butuh waktu berapa lama lagi maxim?"

"Tuan sebenarnya untuk mencari lea mudah, namun karena pak ledrato benar-benar menyembunyikan putrinya dengan baik. sehingga ini menyulitkan pencarian kami"

"lendarto? ayah lea?"

"Iya tuan, saya rasa pak lendarto tidak ingin kami mengetahui keberadaan nona lea"

"Sialan, hubungi lendarto secepatnya maxim, aku ingin berbicara denganya"

 "Baik tuan"

"Sunggu lea kau benar-benar membuatku pusing. salahkan aku yang tidak bisa menahanmu saat perceraian itu, aku sangat mencintaimu lea. kembalilah" batin abi 

Dertagroup

          Merupakan perusahaan besar yang mana bergerak di bidang fasion, perusahaan ini didirikan oleh Lendarto Maglodewa, meski usianya sudah menginjak diangka 40 namun tak sedikitpun kerutan di wajahnya membuat pesona pria paruh baya ini sirna.

"Pah, aku ingin bicara denganmu"

"Jangan sebut aku dengan sebutan itu, jika kau lupa. kau telah bercerai dengan putriku!" ucap lendarto raharja yang merupakan ayah lea

"Maaf"

"Aku tidak butuh maafmu. kau tau abi bahwa lea menahan semuanya. lea ingin bercerai denganmu bukan karena ia tidak mencintaimu. namun karena tekanan dari orangtuamu yang ingin memiliki keturunan. apa kau tau bahkan ibumu yang meminta lea untuk bercerai denganmu"

"Aku tidak percaya itu"

"Lihatlah ibumu mendatangi lea untuk meminta lea bercerai dengamu" ucap lendarto sembari memberikan beberapa foto

"Ini,, tidak mungkin. jadi lea bercerai denganku bukan karena dia tidak mencintaiku lagi?"

"Lebih baik kau pergi abi, percuma. mesikpun kau berlutut aku tidak akan memberitahu keberadaan lea"

"Pah, aku mohon" ucap abi dengan mata yang berkaca-kaca

"Apakah kau tuli? aku sudah bilang tidak akan. kau tidak bisa memaksaku abi. kau sungguh laki-laki yang bodoh. hanya dengan omongan saja kau tega meningalkan lea, putriku dengan mudahnya. aku tau lea bukan wanita yang sempurna saat menikah denganmu. namun penderitaan yang ia alami membuatnya terpukul. sekali lagi aku tidak akan memberitahu keadaan lea padamu" ucap lendarto sembari masuk ke dalam mobil

"Maafkan aku lea, aku sungguh menyesal dengan ini. andai saja aku yakin pada diriku untuk mempertahankanmu kita tidak akan berpisah, jika bersamaku membuatmu menderita, lebih baik kita tidak bertemu lagi. aku mengiklaskanmu lea" batin abi

"Tuan, anda tidak mengejar tuan lendarto?" tanya maxim dengan raut wajah terheran, bukankah tuanya ini sangat ingin mengetahui keberadaan istrinya, mengejar tuan leandarto merupakan opsi yang bagus untuk segera mengetahui keberadaan nona lea

"Tidak maxim, sudahlah. aku menyerah. aku akan mengiklaskan lea pergi"

"Anda serius tuan? bukankah tuan sangat mencintai nona lea, bahkan anda terlihat kacau beberapa tahun berlakangan karena kepergian nona lea"

"Aku serius maxim, lea berhak bahagia. jika memang berjodoh kita akan dipertemukan kembali.Kita ke rumah mamah sekarang"

"Baik tuan"

"Mah" teriak abi mengema di seluruh rumah setelah kepulanganya dari kantor lendarto

"Aku masih bisa mendengar, kau teriak terlalu keras abi" ucap helena

"Apa ibu yang menyuruh lea untuk bercerai denganku" tanya abi dengan penuh penekanan

"Kau tau dari mana" ucap helena terkejut

"Ayah lea yang memberitahuku. Apa mamah sudah gila? memisahkan anakmu dengan orang yang ia cintai. kau mau membuat anakmu ini menderita, hah?" tanya abi berteriak

Helena terkekeh melihat tingkah anaknya yang seperti ini. seakan dunia sedang menyalahkanya atas perbuatan yang ia lakukan pada menantunya.

"Ah, si tua bangka itu mengadu rupanya, sungguh menarik"

"Jawab aku"

"Iyaa aku memang meminta lea untuk menceraikanmu dan dia menyetujuinya ah aku jadi tidak terlalu pusing abi"

"Apa mamah tidak menyayangiku?"

"Abi, kau anakku yang polos sekali. aku tidak menyayangimu. aku hanya membutuhkan anak darimu secapatnya untuk aku peralat mengurus perusahaan ayahmu. aku terlalu jujur bukan"

"Pembohong"

"Iyaa jika kau fikir seperti itu. kau tau aku menikah dengan ayahmu hanya karena harta, kufikir aku mendapatkan kekayaanya karena telah menjadi istinya tapi ternyata kekayaanya diberikan semuanya kepadamu yang saat itu telah menikah dengan lea. awalnya aku ingin memperalatmu maupun lea tapi kalian terlalu pintar ahirnya aku menunggu cucu untuk aku peralat, sayangnya kau dan lea bahkan tidak bisa memberikan keturunan"

"Kau sangat licik"

"Iya memang ini aku yang sebenarnya. kau tidak menyangka bukan? ternyata aktingku memang sempurna"

"Akan aku pastikan kau mendapatkan hukumanya"

"Karena aku telah menemukan lelaki baru yang kaya tentu aku lebih memilih bersamanya. hahaha selamat tinggal anakku. menderitalah" ucap helena berlalu dengan membawa kopernya

"Sialan"

"Maxim, beritahu klien kita percepat saja rapatnya. Segera urus keberangkatanku ke italia agar aku dapat menyelesaikan pekerjaanku disana. setidaknya ini membuatku sedikit melupakan lea. aku juga akan lebih mudah memantau perusahan jika di kantor pusat"

"Baik tuan"

Italia

"Tuan rapat anda besok pagi" ucap abi ketika ia sudah berada di apartemen pribadi miliknya

"Baiklah, kau boleh pergi maxim. aku ingin istirahat"

"Baik tuan, saya permisi" ucap maxim kemudian pergi meninggalkan tuanya

"Tuan, anda akan berdiskusi tentang peluncuran model baru dengan Wezly Peftadez sekaligurs partner anda dalam rapat kerjasama ini" ucap maxim dipagi hari tepat saat di perjalanan

"Ya iya aku akan mengingatnya"

Tidak lama setelah perjalanan ke tempat rapat diadakan, butuh waktu yang singkat untuk membahas kerjasama ini mengingat abi adalah sesoorang yang dikenal pandai dalam bernegosiasi, tak ayal banyak investor dan perusahaan yang ingin bekerjasama denganya. terlebih karir dan perusahaan yang ia bangun merupakan perusahaan yang besar pula.

"Tuan ini sudah memasuki jam makan siang, anda ingin makan terlebih dahulu?" tanya maxim setelah selesai rapat

"Baiklah, kurasa aku juga sedikit lapar. kau carikan saja cafe terdekat disekitar sini maxim, yang tidak terlalu ramai. namun nyaman"

"Baik tuan, saya dengar dari teman saya yang tinggal di italia bahwa cafe laxway merupakan pilihan yang cocok katanya karena nuansa cafe yang berkelas kebetulan tempatnya tidak jauh dari sini, anda ingin mencobanya?"

"oke, pilih cafe itu saja"

"Baik tuan"

"Pak tolong arahkan ke cafe laxway, tuan ingin makan disana" ucap maxim kepada supir yang ada di sampingnya

"Baik"

"Kau memang benar maxim, dilihat saja cafe ini sangat nyaman dan kurasa aku menyukainya" ucap abi setelah tiba dicafe

"Baik tuan, silakan" ucap maxim mempersilahkan abi untuk segera memasuki cafe tersebut.

"Permisi saya mau pesan" ucap maxim dengan mengangkat tanganya sembari menghadap ke pelayan yang mencatat pesanan

"Lea, kau dipanggil oleh orang yang diujung meja, bisa kau kesana aku sedang membuat pesanan yang sebelumnya" ucap Zefanya

"Oke zef, sebentar"

"Tuan anda mau pesan apa?" ucap lea ramah

deg

Seakan tersambar petir abi yang ada didepan maxim mengangkat kepalanya untuk memastikan, suara ini terdengar mirip dengan istrinya, ah mantan istrinya.

"Lea" ucap abi parau karena tak kuasa dengan apa yang dilihatnya. mantan istrinya yang selalu dicari tiba-tiba ada didepaanya

"Anda siapa?" ucap lea datar

"Aku abimanyu, abi lea, apa kau tidak ingat kepadaku?"

"Maaf tuan, anda salah orang" ucap lea lalu ingin segera pergi namun dengan cepat abi mengenggam tangan lea.

"Kau bukan tidak ingat padaku, tapi kau berusaha melupakanku lea" tutur abi

"Apa ini? kau sedang mengandung? anak kita? atau kau sudah menikah lagi lea" tanya abi bruntun

"Iya aku memang ingin melupakanmu. aku sungguh membencimu abi. meski aku yang mengatakan tentang perceraian kitaa, namun kau menyanggupinya tanpa berusaha mencari tau alasanku melakukan itu. kau terlalu bodoh abi sekarang kau bisa pergi dari sini"

"Maafkan aku, aku tidak mengetahui kalau ini rekayasa dari mamah. aku minta maaf, bisakah kau kembali padaku" ucap abi memohon

"Kau adalah lak-laki yang tidak tau diri abi. kau membuangku secepat itu, kau tidak tau bagaimana sulitnya aku bertahan dulu, hal yang paling menyakitkan adalah aku menyesal kita dulu menikah"

"Cukup Lea" ucap abi lantang

"Kau selalu menyalahkanku karena keadaan kita, tapi bisakah kau juga melihatku dulu aku juga sempat membelamu. aku tidak berdaya untuk memilih antara istriku yang saat itu bersamaku dan mamah yang telah merawatku. apa kau tidak bisa memahamiku lea, aku bahkan berusaha mencarimu. aku mengusakan agar aku bisa bertemu denganmu, kumohon mengertilah lea, walaupun hanya sedikit saja"

"Lalu apa ini? kau hamil, ah kau pasti menemukan lelaki baru disini. dengan mudahnya? apa kau kekurangan uang? cih, sebagai seorang wanita kau terlalu murahan"

Plak

"Kau brengsek abi" ucap lea emosi lalu meninggalkan abi begitu saja

"Tuan apa aku boleh memberi pendapat?"

"Silahkan"

"Saya tidak tau secara detail masalah anda dengan nona lea, namun aku ingin menyampaikan. kondisi anda dan nona lea menurut saya keduanya memiliki kesulitan masing-masing. lebih baik anda berbicara dengan nona lea dengan nada yang lebih lembut, bicarakan dengan baik-baik. jika salah satu terpancing emosi ini membuat semuanya menjadi lebih rumit. anda dan nona lea harus lebih terbuka dan saling memahami kondisi. menurut saya nona lea bukan tipe wanita yang berganti pasangan dengan mudah dan jika tebakan saya benar, maka anak yang nona lea kandung saat ini adalah anak anda"

"Anakku? Bagaimana mungkin?"

"Tuan. saya fikir usia kehamilan nona lea sudah memasuki sekitar 7-8 bulan terlihat sudah di bulan terahir. menurut saya jika sebelum anda menceraikan nona lea, anda berhubungan badan dengan nona lea. mungkin itu masih kemungkinan bisa"

"Ah, iya aku ingat maxim. memang seminggu sebelum perceraian kami aku memang sempat melakukanya. kufikir lea tidak akan hamil"

"Namun sekarang nona sedang hamil tuan, untuk memastikanya lebih baik anda bertanya langsung dengan nona lea, tentu dengan nada yang baik tanpa emosi"

"Baiklah"

"Permisi, apa lea ada di dalam?" tanya abi pada zefa yang berada di depan tempat pesanan di cafe

"Maaf tuan, saya tidak tau, namun ada juga tidak diperbolehkan masuk ke dapur. jika anda mau anda bisa menunggu sampai cafe tutup" ucap zefa tenang meskipun ia tidak menyukai abi namun ia juga tidak menginginkan lea berjuang sendiri mengingat masih ada bayi di kandunganya dan juga anaknya yang membutuhkan sosok ayah

"Dim, bisa jaga didepan bentar aku mau ke belakang, ngomong sama lea"

"Oke bos" ucap Dimas Defreqas yang juga merupakan salah satu pelayan di cafe

"Lea, kamu baik-baik saja?"

"iya zef aku hanya sedikit sakit hati dengan perkataan abi tadi"

"Tenanglah zea, kau harus mengontrol emosimu, jangan terlalu stress ingatlah bayi yang ada di dalam kandunganmu"

"Aku sedang mengusahakanya zef"

"Tadi suamimu bertanya padaku apa kau masih ada di dalam, aku hanya berkata bahwa kau ada didalam namun kau sedang tidak bisa diganggu maka aku menyuruh suamimu untuk menunggu cafe tutup jika kau ingin berbicara denganya. jika tidak aku akan membantumu memberikan alasan agar kau tidak berbicara dengan suamimu"

"Aku tidak tau zef, rasanya terlalu sakit untuk mengenang masa lalu" ucap lea dengan menahan tangisnya

"Aku tau itu sulit lea, tapi jika aku bisa bilang kalau kau tidak menemuinya dia akan terus mencarimu. kufikir jika kau bisa berbicara denganya. aku hanya tidak tega bila melihatmu berjuang membersarkan bayi ini sendiri lea, ketahuilah dia jika dia besar nanti, dia juga butuh sosok seorang ayah. kau faham perkataanku kemarin bukan? aku fikir kalian perlu berbicara"

"Apa aku sangup untuk mengharapi masalaluku zef, itu terlalu menyakitkan. bahkan dia mengatakan aku wanita murahan" ucap lea

"Kurasa dia hanya melepaskan emosinya lea, jika dia tau bayi yang kau kandung adalah anaknya. dia tidak akan semarah itu. dia masih mencintaimu lea, aku bisa lihat dari sorot matanya memancarkan kerinduan yang nyata"

"Ah zefa aku sulit untuk memutuskanya"

"Tidak apa, kau bisa memberitahuku saat cafe akan tutup. selebihnya aku akan mendukung semua keputusanmu. tapi aku harap kamu memikirkanya dengan matang lea"

"Baiklah zefa akan aku fikirkan. terima kasih"

"Kau tidak perlu sungkan padaku lea aku sudah mengagapmu seperti saudaraku. yasudah aku tinggal kedepan dulu. kau istirahat saja disini biar sisanya diurus oleh yang lainya"

"iya zefa"

Sunyi menyelimuti malam yang gelap, ya kurang lebih seperti itu yang dirasakan saat cafe laxway, pengunjung perlahan mulai berkurang dan juga malam semakin terlihat tapi itu semua tidak menyurutkan tekat seorang Abimanyu Putra Adre. kini ia tengah menunggu sesoorang yang ia nantikan cukup lama.

"Bagaimana keputusanmu lea? Cafe sudah akan tutup sebentar lagi" tanya zefa

"Aku akan menemuinya" jawab lea

"Kau yakin?"

"Iya"

"Baiklah, kau boleh keluar lea. suamimu masih menunggu di depan"

"Lea" ucap abi setelah melihat lea menghampirinya. tak sia-sia waktunya untuk bertemu lea sampai cafe tutup

"Maafkan ucapanku tadi, sungguh aku tidak bermaksud mengatakan hal itu kepadamu. Aku hanya emosi sesaat. aku berfikir bahwa kau telah menikah dengan orang lain. itu membuatku merasa gagal lea"

"Tidak apa. aku mengerti. kau ingin tau kebenaranya?"

"Iya jika kau mau mengatakanya padaku"

"Setelah kita bercerai abi, atas kesepakatan bersama aku dan ayahku. aku pindah ke luar negeri. setelah beberapa bulan aku dinyatakan dokter bahwa aku sedang mengandung, maka dari itu aku mempertahankan anak kita, tapi aku tidak memberitahumu karena kufikir kau sudah menikah dengan wanita yang dijodohkan oleh ibumu. kau tau mungkin aku bisa tinggal di tempat yang nyaman dan bergelimang harta. namun aku memutuskan untuk hidup sederhana, cukup sampai aku melahirkan karena aku ingin belajar untuk mandiri. tepat sebelum itu ibumu memintaku untuk kita bercerai. aku menyetujuinya memang tapi aku tidak mengambil uang itu. aku menyetujuinya karena dulu aku berfikir bahwa kita memang sudah tidak bisa bersama, aku akui dulu aku sangat tertekan oleh desakan orangtuamu yang menginginkan anak, maafkan aku" ucap lea dengan tangisnya

"Lea, oh kau tidak perlu minta maaf seperti ini. aku memaafkanmu, namun salahkan aku yang tidak mempertahankanmu dulu. aku tidak tau kalau mamah sendiri memintamu untuk bercerai, aku mengetahui itu dari ayahmu lea aku juga baru mengetahui bahwa mamah tidak menyayangiku. dia hanya ingin harta dari papah yang saat ini aku pegang. setelah kepergianmu aku menyesal. aku mencarimu namun aku tidak menemukanmu karena ayahmu menutup rapat-rapat keberadaanmu, lalu aku menemui ayahmu untuk tau kondisimu lea tapi ayah tidak memberitahuku. waktu itu aku putus asa lalu aku berfikir bahwa aku akan melepaskanmu saja tapi setelah kita bertemu kembali aku rasa aku bisa memperjuangkanmu lea aku mohon beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya,apa kau mau lea?" ucap abi memohon

"Iya  aku mau" ucap lea dengan tersenyum

tidak lama mereka saling berpelukan untuk melepas semua rasa dan penyesalan di masa lalu.

end.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun