Mohon tunggu...
Dwi Eka Adhariani
Dwi Eka Adhariani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Universitas PTIQ

Pendidikan Anak Usia Dini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penguatan Kapasitas Diri Menuju Panggilan Publik

20 November 2024   08:18 Diperbarui: 20 November 2024   08:19 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Al-Qur'an sebagai pedoman hidup manusia, banyak memberikan pengajaran mengenai nilai-nilai dalam segala aspek kehidupan. Salah satunya dalam bidang pendidikan yang merupakan faktor utama dan menjadi kebutuhan yang sangat penting yang harus dimiliki oleh umat manusia karena dengan pendidikanlah yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Al-Qur'an surat Al-Muzzammil ayat 1-14 merupakan beberapa ayat dari sekian banyak ayat yang membahas pendidikan, dalam hal ini ayat tersebut menunjukkan akan adanya nilai-nilai pendidikan yang penting untuk dibahas, seperti halnya pendidikan shalat malam, pendidikan bersabar dan sebagainya. Berdasarkan pada isi kandungan surat Al-Muzzammil merupakan surat pembekalan, karena terkait dengan kekuatan karakter, jika seseorang akan bertugas perlu persiapan, dan persiapan itulah membuat pribadi Rasulullah SAW menjadi kuat. Persiapan Rasulullah menyampaikan ayat-ayat yang berat. Menyampaikan sesuatu yang berat itu perlu dijiwai, perlu mendapatkan kekuatan dari dalam (qolbun). Pembelajaran pembekalan memperkuat kapasitas diri sebelum memenuhi panggilan public dan tetap melakukan kebaikan meskipun mendapat banyak cobaan dan rintangan dalam menyampaikan perubahan di masyarakat, dapat dipraktekkan sesuai tuntunan kajian tafsir QS. Al-Muzzammil ini.

Kapasitas diri adalah perangkat kerja manusia. Dengannya manusia mencetak sejarah, tanpanya manusia tak berjejak di bumi. Selengkap apa perangkat yang ada seluas itu wilayah produktivitas yang mungkin dicipta. Para pemuda pengukir sejarah, yang di dadanya bergemuruh misi besar, memahami benar kaidah ini. Generasi sahabat adalah model ideal tentang bagaimana pemuda mereka menjalani kehidupan berat ini. Siapapun kita hari ini dan dengan profesi apapun, hakikatnya kita semua adalah seorang penerus dakwah Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan tugas risalah yaitu mengabdi kepada Allah SWT dan menjadi kalifah yang rahmatan lil alamin di muka bumi.

Kapasitas dirilah oksigen seorang pemuda untuk mejelajahi angkasa hidupnya. Oleh karena itu perhatian Islam terhadap pembekalan kapasitas ini bersifat intruksi langsung yang dalam ungkapan Al-Qur'an "persiapkanlah untuk mereka segala bentuk kekuatan dari kemampuan yang kamu miliki.."(QS. Al-Anfal:60). Proses pengisian kapasitas diri ini sering disebut pendidikan dalam berbagai dimensinya. Formal atau non-formal, pemikiran, fisik atau spiritual.


Kapasitas Diri

Sejumlah ahli dan praktisi telah mengemukakan arti kapasitas. Pada umumnya kapasitas diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara berhasil. Kapasitas juga dipandang sebagai jaminan keberlangsungan hidup suatu organisasi dan individu. Kapasitas adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang sesuai secara efektif, efisien, dan berkelanjutan (Grindle (1997: 34).

"Kapasitas adalah kemampuan individu dan organisasi atau unit-unit organisasi untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara efektif, efisien, dan berkelanjutan. Kapasitas juga dapat diartikan dalam konteks sistem dimana suatu entitas bekerja untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan proses dan aturan-aturan baku tertentu." (UNDP, 1998).

Maka secara garis besar, kapasitas itu ada pada tiga tingkatan yaitu, individu, lembaga dan sistem.  Dalam hal makalah ini, akan dikhususkan membahas kapasitas untuk skala individu. Apa saja yang harus ditingkatkan pada diri individu untuk mencapai kualitas yang diinginkan.

Pertama, ilmu pengetahuan. Seseorang yang memiliki kapasitas adalah yang memiliki ilmu pengetahuan di bidang yang ia geluti. Artinya, ilmu pengetahuan menjadi sangat penting untuk mencapai kemampuan individu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam suatu organisasi.

Kedua, keterampilan (skill). Imu pengetahuan terkadang tidak cukup untuk melihat kapasitas seseorang, tapi harus juga ditambah dengan keterampilan. Berilmu belum tentu terampil. Maka kapasitas diri harus dibarengi dengan keterampilan. Robbins (2000) merumuskan keterampilan dalam empat kategori dasar yaitu, Basic Literacy Skill, merupakan keahlian dasar yang sudah pasti harus dimiliki oleh setiap orang seperti membaca, menulis, berhitung serta mendengarkan.

Selanjutnya adalah technical skill yang merupakan keahlian secara teknis yang didapat melalui pembelajaran atau pelatihan dalam bidang Teknik. Yang tidak kalah pentingnya adalah interpersonal skill yang merupakan keahlian setiap orang dalam melakukan komunikasi satu sama lain seperti mendengarkan seseorang, memberi pendapat, dan bekerja dalam tim.

Sama halnya dengan problem solving yang merupakan keahlian seseorang dalam memecahkan masalah dengan menggunakan logikanya. Dalam menyelesaikan masalah, seseorang yang memiliki kapasitas yang baik akan mampu menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah. Maka, dewasa ini, penyelesaian masalah merupakan suatu keterampilan yang sangat dibutuhkan.

Akhirnya, kapasitas diri dapat dibangun paling tidak melalui dua hal yaitu ilmu pengetahuan dan keterampilan. Kedua-duanya sangat penting untuk meningkatkan kapasitas diri dan siap untuk hidup di zaman sekarang ini. Jika tidak, seseorang akan digilas oleh zaman.

Publik

Pengertian publik adalah sekelompok orang (individu) yang masing-masing memiliki kepentingan dalam hubungan antar manusia (sosiologis). Istilah publik diserap dari bahasa Inggris public yang secara etimologis berasal dari bahasa Latin, publicus yang berarti untuk orang for populicus. Populicus berasal dari kata populus yang berarti orang (people).

Menurut Herbert Blumer, sekelompok orang yang dihadapkan pada suatu permasalahan dengan berbagai pendapat mengenai cara pemecahan persoalan tersebut, serta terlibat dalam diskusi mengenai persoalan itu merupakan publik. Sebagaimana dinyatakan secara semantik tentang pengertian kata publik di atas bahwa kata publik meliputi pengertian orang banyak atau masyarakat beserta hubungannya.

Sedangkan di dalam masyarakat itu sendiri terdapat berbagai bentuk masyarakat atau kesatuan sosial yang lebih kecil seperti suatu keluarga, suku bangsa atau suatu masyarakat daerah, atau suatu masyarakat profesi tertentu, maupun kolektivitas-kolektivitas sosial seperti pemerintah, negara, rakyat dan lain-lain.


Surat Al-Muzzammil

Surat Al-Muzzammil semua ayatnya adalah surat makkiyah. Ada sebagian yang meriwayatkan bahwa sebagian penghujungnya adalah pengecualian (madaniyah). Jumlah ayatnya ada 20 ayat. Surat ini mencakup: arahan-arahan untuk Nabi SAW agar memperkuat badan dan ruhnya hingga mampu mengemban amanah risalah. Kemudian perintah kepadanya untuk bersabar dan mengabaikan orang-orang musyrik walau-pun mereka melakukan berbagai intimidasi.

Allah SWT mempersiapkan nabi-Nya yang mulia untuk mengemban risalah paling agung di (seluruh alam) yang ada. Risalah umum yang ditujukan bagi segenap makhluknya hingga Allah mewarisi alam dan seisinya (kiamat). Persiapan ini membuat pribadi Rasulullah menjadi  kuat dan kemudian kita ketahui dalam sejarahnya surat ini adalah sejarah qiyamul lail.

Tujuan utama surat ini adalah bimbingan kepada Nabi Muhammad SAW dan juga umat Islam agar menyiapkan mental untuk melaksanakan tugas penyampaian risalah dengan segala rintangan-rintangannya, sekaligus ancaman kepada para pengingkar kebenaran. Surat ini juga bertujuan mengingatkan bahwa amal-amal kebajikan menampik rasa takut dan menolak marabahaya, serta meringankan beban, khususnya bila amal kebajikan itu berupa kehadiran kepada Allah SWT serta konsentrasi mengabdi kepada-Nya pada kegelapan malam.

Pada akhir surat ini, Allah menjelaskan bahwa Ia mengetahui tentang Nabi SAW dan segolongan sahabat yang sholat malam dan Allah telah menentukan saat-saat tertentu pada malam dan siang hari untuk sholat. Oleh karena umat tidak menjaga waktu sholat malam dengan alat-alat penentu yang ada pada mereka, Allah pun membolehkan mereka sholat malam sekadar yang mudah mereka lakukan.

Dan pada akhirnya, Allah memerintahkan umat Muhammad SAW untuk mendirikan sholat lima waktu dengan khusyu' dan membaca Al-Qur'an sekadar yang mudah dibaca, menafkahkan harta di jalan Allah, dan selalu beristighfar (meminta ampunan). Itulah gambaran singkat dari surat Al-Muzzammil.

Secara garis besar, kerangka surat Al-Muzzammil terbagi dalam dua bagian, yaitu :

1. Al-Sathtr al-awwal (bagian pertama), mulai ayat 1 sampai ayat 19 sebagai struktur pembekalan, dan

2. Al-Sathr Al-Tsani (bagian kedua), yaitu ayat terakhir (20) sebagai solusi dari semua permasalahan yang dialami.

Dalam bagian Al-Sathr al-awwal, Sayyid Quthb -rahimahullah-  menjelaskan bagian pertama ini dari dua sisi, yaitu:

1. Sisi Al-Iqa' (nada, irama dan tekanan)

2. Sisi Al-Muhtawa (kandungan, contents)

Pertama: Iqa' (nada, irama, atau tekanan) bagian pertama ini secara harfiyah hampir sama, yaitu huruf lam ber-tanwin, secara makna dan kesan, semuanya bernada lembut, bernuansa tenang dan agung.

Surat ini spesial, karena nadanya terbuka ketika di akhir-akhir ayatnya ketika membacanya maka mulut kita terbuka kecuali di ayat pertama, dan ini ada hentakan-hentakan halus yang terasa. Ini terkait dengan ayat-ayat yang Allah sampaikan ..wa aqwamu qilaa..., malam yang hening tidak perlu disampaikan dengan hentakan keras, cukup sebentar , sedikit saja itu sudah masuk dan berasa. Maka Allah melatih seorang nabi harus peka, seorang da'I harus peka dalam mengemban risalah. Karena kepekaan ini bukan sekedar insting yang diberikan kepada makhluk lainnya (binatang dan tumbuhan) melainkan kepekaan yang menyangkut tiga hal yaitu insting, fitrah dan risalah.

Allah perlu melatih tiga kepekaan ini sebagaimana Adam dilatih Allah SWT. Adam tidak diciptakan tiba-tiba tau, tapi wallama adama asma....-Adam as harus belajar dan kemudian derajatnya melebihi malaikat.

Rasulullah SAW juga tidak diciptakan tiba-tiba jadi orang baik. Aslinya memang sudah baik tapi kebaikan itu perlu dipoles dan perlu dikuatkan dengan pembekalan ini. Dan hal ini sesuai dengan tiga hal, yaitu :

1. Taklif  (tugas dan beban) yang agung.

2. Urusan yang serius, dan

3. Ahwal (kedahsyatan) yang bertubi-tubi, yaitu :

  • Haul  (kedahsyatan) al-qaul al-tsaqil (ucapan yang "berat").
  • Haul (kedahsyatan) ancaman yang menakutkan.
  • Haul (kedahsyatan ) al-mauqif  ("posisi").

Kedua: dari sisi kandungan, bagian pertama ini berisi :

1. Seruan yang memuat taklif (beban dan tugas).

2. Persiapan untuk memikul taklif  tersebut

Persiapan ini dilakukan dengan delapan (8) cara, yaitu :

1. Qiyam al-lail  secara khusus

2. Shalat secara umum

3. Membaca Al-Qur'an secara tartil

4. Dzikir yang penuh kekhusyu'an

5. Ber-tawakkal kepada Allah SWT.

6. Al-Hajr al-Jamil  (menjauhi, menghindari) yang baik.

7. Ber-shabar

8. Membiarkan urusan para pendusta untuk dihadapi oleh Allah SWT semata, Dzat yang Maha Perkasa, Pemilik dakwah Islam.

Pada bagian kedua (al-syathr al-tsani)  yang terdiri dari satu ayat saja, Allah SWT memberikan :

1. Lamsah (sentuhan) kelembutan, kasih sayang dan keringanan serta kemudahan.

2 .Taujih (arahan) untuk melakukan berbagai ketaatan dan upaya-upaya pendekatan diri kepada Allah SWT.

3. Talwih ( isyarat) terhadap rahmat dan pengampunan Allah SWT.

 

Secara garis besar, surat Al-Muzammil menggambarkan lembaran daya dan upaya yang mulia untuk:

1. Mengembalikan umat manusia yang tersesat agar kembali kepada Allah SWT.

2. Kesabaran dalam menghadapi sikap umat manusia yang menyakitkan.

3. Mujahadah (kesungguhan) dalam membina hati nurani umat manusia.

 

Harapannya adalah agar manusia terbebas dari:

1. Harta benda (materi) yang menggiurkan

2. Kelezatan yang membuat terlena

3. Bersantai-santai yang biasa dinikmati oleh orang-orang yang tidak mempunyai visi dan misi

4. Tidur berkepanjangan yang dinikmati oleh orang-orang yang  tidak memiliki pekerjaan dan tugas.

Asbabun Nuzul Surat Al-Muzzammil

Ada beberapa pendapat tentang sebab turunnya surat Al-Muzzammil (ayat: 1 -- 19), antara lain adalah pendapat yang dikeluarkan oleh Al-Bazzar dan Ath-Thabrani, yang berbunyi:

Telah mengeluarkan Al-Bazzar dan ath-Thabrani di dalam kitab Al-Ausath dan Abu Nuaim di dalam dalil-dalilnya dari Jabir yang berkata, : "suatu hari, orang-orang Quraisy berkumpul di Dar an-Nadwah (balai pertemuan mereka). Di antara mereka lalu berkata, 'Lekatkanlah gelar yang buruk pada laki-laki ini (Muhammad) yang akan membuat orang-orang menjauh darinya!' sebagian lalu berkata, 'Dukun!' sebagian lagi berkata 'Orang gila!' akan tetapi, yang lain membantah, 'Ia bukan dukun!' sebagian lagi berkata, 'Orang gila!' sebagian berkata, 'Tukang sihir!' tetapi lagi-lagi yang lain membantah, 'Ia juga bukan tukang sihir!'. Orang-orang Quraisy berkata: berpisahlah kalian, maka orang-orang musyrik berpisah dari perselisihan tersebut. Maka, sampailah kepada Nabi SAW. beliau lantas menyelimuti dirinya dengan kain. Malaikat Jibril lalu datang dan menyampaikan wahyu:

Wahai orang yang berselimut (Muhammad)!. (Q.S. Al-Muzzammil [73]:1).

Wahai orang yang berkemul (berselimut)!. (Al- Muddattir[74]: 1)

Sedangkan menurut Ibnu Abbas:,

Ibnu Abbas berkata: "awal mula Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi SAW merasa takut dan menyangka kalau dirinya kemasukan Jin, kemudian Nabi SAW pulang dalam keadaan gemetar. Nabi SAW berkata kepada Istrinya (Khadijah): selimuti aku, selimuti aku. Dalam keadaan seperti itu Jibril datang dan memanggilnya.

Salah satu riwayat lagi mengatakan bahwa arti berselimut di sini bukanlah benar-benar berselimut kain karena kedinginan, melainkan tanggungjawab nubuwat dan risalah yang diberikan Allah kepada beliau, karena begitu beratnya seakan-akan membuat badan menjadi "panas-dingin", yaitu suatu perintah dari Allah yang wajib disampaikan kepada manusia terutama terlebih dahulu kepada kaumnya yang terdekat yang masih sangat kuat mempertahankan jahiliyah dan kemusyrikan. Dari semula beliau telah merasakan bahwa pekerjaan itu tidaklah mudah. Lantaran itu maka beliau dipanggil Allah dengan "Muzzammil", yang boleh diartikan orang yang diselimuti seluruh dirinya oleh tugas yang berat.

Namun ia adalah seorang manusia dimana antara ia dengan malaikat ada perbedaan yang sangat jauh secara fisik. Karena itu Rasul SAW gemetaran dan takut ketika pertama kali bertemu. Beliau pergi menemui Khodijah r.a dalam keadaan seperti terkena demam dan beliau berkata : "selimuti aku selimuti aku !". Waktu itu beliau tidak tahu bahwa yang menemuinya di goa adalah Jibril. Yang pernah turun menemui Nabi Musa a.s dan Nabi Isa a.s. Risalah ini turun kepada kaum penyembah berhala, musyrik, fanatik, dan taqlid. Dan Rasul mengetahui itu semua. Adalah Rasul SAW sepertinya mencemaskan hal itu dan merasa betapa beratnya dakwah di masyarakat yang seperti itu.

Maka Allah SWT memanggilnya dengan panggilan tersebut ( di surat Al- Muzzammil) dan dengan firmanNya dalam panggilan ini merupakan bagian dari cara pendekatan yang lembut dan akrab sesuai dengan sifat (kebiasaan) Allah SWT dalam memanggil nama dari sifat orang yang diajak bicara. Kedua surat ini Al-Muzzammil dan Al-Muddatsir termasuk surat-surat Al-Qur'an yang pertama turun. Diriwayatkan bahwa ketika wahyu turun untuk yang kedua kalinya, Jibril menemukan Rasulullah SAW sedang memakai selimut (qothifah). Maka Jibril menyampaikan kepadanya :

"Wahai orang yang berselimut, bangunlah di waktu malam! Di waktu yang lain saat Jibril datang, ia menemukan Rasulullah SAW mengenakan ditsar (jenis selimut) maka Jibril menyampaikan : "wahai yang mengenakan ditsar, bangunlah dan sampaikan peringatan"

Dari keterangan-keterangan di atas, yang satu menguatkan yang lain dan semuanya dapat diterima. Jelaslah termaktub salah satu gelar kehormatan Nabi Muhammad SAW. yaitu "Al-Muzzammil" di samping gelar-gelar beliau yang lain.

Ayat kedua, yaitu Firman Allah:

Bangunlah untuk shalat pada malam hari, kecuali sebagian kecil (Q.S Al-Muzzammil[73]: 2).

Imam Al-Hakim meriwayatkan dari Aisyah r.a yang berkata : "ketika turun ayat, 'Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, sesungguhnya Allah telah memfardukan qiyamul lail melalui permulaan surat ini. Maka Rasulullah SAW dan para sahabatnya melakukan qiyamul lail selama setahun penuh hingga telapak kaki mereka membengkak karena banyak mengerjakan salat dan ini berat. Dan Allah menahan penutup surat ini di langit selama dua belas bulan, maka kemudian setelah itu Allah menurunkannya ( Al-Muzzammil : 20) sebagai keringanan buat mereka untuk bangun malam dan mempersingkat bacaan, sehingga jadilah qiyamul lail sebagai amal yang sunat yang sebelumnya difardukan.


Tafsir Tarbawi Surat Al-Muzzammil Ayat 1-14, Sebagai Penguat Kapasitas Diri Menuju Panggilan Publik

Mempersiapkan Bekal Perjuangan (ayat 1 -- 9)

Persiapan Mental dengan Qiyamul Lail dan Membaca Al-Qur'an

Surat Al-Muzzammil diturunkan Allah di Mekah setelah surat al-Qalam (Nn), kecuali ayat terakhir diturunkan di Madinah. Yaitu ayat yang menasakh (menghapus) hukum wajib shalat malam kecuali bagi Nabi Muhammad saw. Surat ini tidak memiliki nama selain al-Muzammil (orang berselimut), yaitu melingkarkan kain di tubuhnya, atau berselimut di waktu malam. Surat ini diturunkan diawal--awal masa risalah beliau. Sebagai shock therapy bagi Rasul saw yang saat itu menggigil dan kemudian berselimut, sakit, dan ketakutan, juga saat tidur dan beristirahat di waktu malam. Maka Allah memerintahkannya untuk bangun dan bangkit menyampaikan risalah Allah, apapun resikonya.

Karena banyaknya makna yang ada di dalamnya, Al-Muzzammil artinya orang yang berselimut , sama dengan Al-Mudatsir artinya orang yang berselimut. Lalu apa bedanya antara keduanya? Ada yang menganggap beda dan ada juga yang menganggap sama. Yang menganggap Al-Muzzammil adalah orang yang memerlukan istirahat sehingga kenyamanan ada di situ. 

Sementara, Al-Mudatsir ada yang mengatakan ; dia berselimut berlindung karena ada ketakutan. Sebenarnya intinya adalah orang yang mengambil jeda. Ketika manusia bekerja, wajar saja ingin menikmati pekerjaannya dengan ingin bersantai sejenak, refrhesing,  tidur, dan berisitirahat. Maka Al-Muzzammil bermakna membolehkan mengambil jeda waktu untuk tidur tapi tidak digunakan untuk itu semua. Maka pada waktu pembekalan, Qiyamul lail itu hukumnya wajib. Qum ..berdiri pada orang yang berselimut. Qum Laila...berdiri sepanjang malam. Illa qolila..kecuali sedikit dari malam, atau jikalau tidak bisa nisfahu..setengahnya, awinqush..kurang dari setengah. Intinya Qiyamul Lail itu wajib hukumnya, dan warattilil qur'ana tartila...bacalah Al-Qur'an.

Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS. 73: 1-4)

Sebuah perintah yang diturunkan Allah, sebagai pembekalan efektif Shalat Malam dan membaca Al-Qur'an . Karena Allah sedang menyiapkan seorang da'i dan nabi yang tangguh. Dan karena nantinya tantangan yang dihadapinya tidak ringan.

Shalat Malam atau yang sering dikenal dengan qiymullail merupakan bentuk pembekalan yang efektif. Ada perlawanan terhadap keinginan hawa nafsu di sana. Saat orang sedang enak tidur atau bersembunyi di balik ketakutannya, justru Allah memerintahkan untuk melawannya. Bangunlah! Menariknya, Allah memberikan perkiraan waktu yang ideal untuk latihan penguatan mental ini. Dari sejak al-laila yang berarti seluruh malam , kecuali sedikit. Ini untuk tingkatan pertama. Kemudian, Allah menurunkannya menjadi standar. Qiymullail ini pertama kali diwajibkan, kemudian dinasakh dengan ayat ke 20 . Adapun Imam Syafi'i, Muqatil bin Sulaiman dan Ibnu Ksn mendukung pendapat Aisyah ra yang menyatakan kewajiban tersebut dihapus dengan turunnya kewajiban Shalat Lima Waktu. Dengan kebiasaan bangun pada waktu malam seperti ini, seseorang akan benar-benar mampu melawan dirinya. Inilah persiapan dan penguatan mental yang sangat bagus.

Setelah itu, perintah untuk menartilkan bacaan Al-Qur'an. Selain bertujuan untuk bisa dipahami dengan mudah, juga supaya lebih terasa dan memungkinkan untuk dijiwai. Yaitu bacaan yang dibaca dengan pelan--pelan sehingga memberi hak yang cukup dalam mengartikulasikan bacaan huruf-huruf Al-Qur'an juga hukum-hukum yang berkaitan dalam membacanya (tajwid), panjang pendeknya, idghm izh-hrnya dan sebagainya.

Mengapa perlu melakukan Qiyamul Lail dan perlu membaca Al-Qur'an? karena ini merupakan inner beauty bagi pembawa risalah. Jika dua hal ini ia berat, maka dia akan menyampaikan sesuatu tidak sampai kepada substansinya. Dan ini adalah da'bu sholihin sholat malam dalam kondisi apapun. Bisa jadi sholat malam seseorang seperti gayanya Abu Hurairah dan Abu Bakar ra sebelum tidur, atau meniru Umar ra yang melakukannya setelah tertidur. Style sholat malam seseoarang bisa jadi berbeda-beda, tapi intinya jangan pernah meninggalkan sholat malam.

Karena setiap muslim adalah penerus. Sehingga tidak merasa da'I itu adalah si fulan atau si fulanah. Terkait qualifikasi, dengan berbagai interdisipliner atau multidisipliner tidak menjadikannya terhalangi dalam menjadikannya meneruskan risalah kenabian. Siapapun ia, sebagai guru, buruh, pedagang, petani, pelaut, kontraktor, sebagai olahragawan, pekerja seni, mahasiswa dan lain sebagainya semuanya adalah penerus dakwah Rasulullah SAW dan perlu menegakkan qiyamul lain serta membaca Qur'an, mengapa?

Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.(QS.73:5)

Qaulan tsaqiila...bukan hanya Al-Qur'an. Ini adalah tugas yang berat. Tugas yang sesuai dengan kapasitas masing-masing orang. Misalnya, ada seorang anak mendapat pertanyaan dari ayahnya, kapan ia menikah. Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang berat. Pertanyaan yang dihindari para jomblo ketika kondangan. Ini ada lah qaulan tsaqiila.

Jadi qaulan tsaqiila  pada prakteknya berbeda-beda. Tetapi yang Allah maksud qaulan tsaqiila adalah untuk menyampaikan kebenaran. Karena itulah nabi Musa as berdoa "Rabbisrohli sadri wayasirli amri, wahlul uqdatammillisani yaf qauqqauli.." meminta dilapangkan dadanya, dimudahkan dalam menyampaikan dan diuraikan keluh lidahnya oleh Allah SWT.

Dalam sebuah riwayat, keluh lidahnya nabi Musa dikarenakan ketika kecil nabi Musa sempat termakan bara api. Meski ini bagian dari ayat-ayat israiliyat yang tidak dalam rangka membenarkan atau menyalahkan. Namun lebih amannya memakai pendapat lain, bahwa uqdah nabi Musa itu karena dipeliharanya beliau oleh Fir'aun dari sejak kecil. Bagaimana ia akan menyampaikan/mengkritisi seorang yang telah memberinya makan dan kehidupan. Itu sesuatu yang berat dan disebut qaulan tsaqiila. Bukan hanya itu, hubungan Musa dan Fir'aun tidak hanya seperti yang simple digambarkan layaknya tokoh antagonis dalam sebuah film, novel, roman atau sinetron. Ia adalah ayah dan anak angkat. Ada keterkaitan cinta di antara mereka. Dalam QS. Thaha diceritakan  bahwa Fir'aun tidak pernah mencintai orang seperti hal nya ia mencintai Musa. Jika diklasifikasikan manusia yang paling dicintai Fir'aun di dunia ini, bukanlah istrinya Asyiah, melainkan Musa as. Maka sangat berat bagi nabi Musa as menyampaikan kebenaran kepada ayahnya yang sangat berjasa padanya. Bahkan ketika Fir'aun tenggelampun bukan berarti nabi Musa tertawa terbahak-bahak melainkan ia menitikkan air mata.

Sebagaimana juga kisah Rasulullah menyampaikan dakwahnya kepada Abu Thalib. Dikisahkan ketika Abu Bakar ra menerima ucapan selamat dan doa dari para sahabat lainnya ketika ayahnya berislam dan turut hijrah ke Madinah, ia hanya merespon dingin. Sehingga sahabat menanyakan sebabnya dan Abu Bakar menjelaskan bahwa ia gembira akan keislaman ayahnya, akan tetapi akan lebih bergembira jika seandainya yang datang itu adalah Abu Thalib. Karena ia sedang membayangkan betapa sedihnya Rasul ketika menyaksikan Abu Thalib wafat di pangkuannya dalam keadaan masih menyukutukan Allah.

Jadi Qaulan tsaqiila mengandung arti yang banyak. Menyampaikan kebenaran itu qaulan tsaqiila. Dalam beramar makruf nahi munkar, sebagian orang berpendapat lebih mudah beramar makruf daripada nahi munkar. Sesungguhnya amar makruf nahi munkar adalah satu paket. Jikalau  amar makruf dijalankan,  nahi munkar gak perlu atau tertutupi. Karena kaidahnya "izaa katsurol munkar soorol makrufan", yaitu ketika kemungkaran merajalela, maka sesuatu yang tidak bisa diingkari. Jika semua orang membuka aurat, yang menutup aurat jadi aib. Jika semua orang mengonsumsi narkoba dan obat-obatan terlarang maka yang tidak mengkonsumsinya dianggap munkar.

Dahulu, di tahun 90-an iklan shampoo tidak ada yang memakai jilbab. Sekarang iklan shampoo notabene untuk rambut tetapi rambutnya ditutup jilbab. Artinya, rekayasa kebaikan yang Allah berikan itu bertahap. Qaulan tsaqiilan itu pejuang-pejuangnya, jikalau tidak meyakininya bagaimana mungkin kita dapat memberikan kebaikan kepada orang lain. Dan qaulan tsaqiila  itu dua bekalnya yaitu dari sholat malam dan membaca Al-Qur'an.

Mengenai alasan betapa pentingnya malam bagi seorang nabi juga para da'i. Allah menegaskannya di ayat keenam.

Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan. (QS. 73: 6)

Waktu malam itu lebih berbekas, lebih terasa, dan lebih fokus. Dengan suasana yang hening akan membantu seseorang dan memudahkannya dalam mengatur suasana hatinya supaya sesuai dengan ritme bacaan Al-Qur'an yang dibacanya. Sehingga hati bisa mengikuti gerak mulut. Jika ibarat kurve itu sedang menurun, tetapi emosional menaik. Maka malam itu waktu yang tepat digunakan keluarga, me time, dan introspeksi diri sebelum tidur.

Rasulullah pernah bersabda ketika para sahabar sedang berkumpul di majelis ilmunya,  bahwa akan datang kepada mereka seorang penghuni syurga. Kemudian para sahabat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan siapa gerangan yang dimaksud. Dan terlihatnya seorang lelaki yang berpenampilan biasa dan memakai sendal kayunya. Keesokan hari, nabi kembali bersabda hal yang sama dan yang datang juga masih lelaki yang sama. Demikian kejadian itu berulang selama tiga hari dan para sahabat tidak ada yang mengenal lelaki tersebut. 

Akhirnya Abdullah bin Amar bin Ash penasaran dengan orang itu, kemudian mengikutinya hingga ke rumahnya dan meminta izin menginap di rumah lelaki tersebut selama tiga hari. Beliau mengamati aktifitas ibadah lelaki ini biasa saja, tidak ada yang istimewa. Sholatnya biasa , makan dan tidur seperti biasa orang pada umumnya. Hingga akhirnya ketika meminta izin pulang dan menyampaikan tujuan dari mabitnya Abdullah di rumahnya, sang lelaki menyampaikan bahwa ia tidak memiliki amalan yang istimewa. Kecuali ada kebiasaan yang ia lakukan setiap menjelang  tidur yaitu berdoa menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT, berintrospeksi diri dengan memintakan ampunan terhadap dirinya dan juga orang-orang yang dia temui pada siang hari nya. Ia tidur  dalam keadaan yang tidak menyimpan dendam dan rasa sakit hati.

Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang Panjang (banyak). (QS. 73: 7)

Sementara di waktu siang, kondisi seperti ini sangat langka untuk didapatkan. Karena banyak urusan dan orang tergesa--gesa dalam urusannya. Kata "as-sabhu" aslinya berjalan cepat di dalam air. Untuk mengambarkan betapa sulitnya kondisi dalam kesibukan. Ini kiasan untuk orang yang berpergian dan banyak urusannya.

Tugas Berat Siap Menanti

Setelah itu, tugas yang berat pun tidak akan membebani atau menjadi tanggungan yang berlebihan. Karena pemikul amanahnya benar-benar telah siap. Baik dalam menerima atau menyampaikan risalah, ataupun menanggung resiko yang akan ditemuinya sebagai konsekuensi dakwah tersebut.

Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. (QS.73:5)

Qatadah berpendapat, yang dimaksud dalam ayat ini adalah hukum-hukum Allah. Sebagian ahli tafsir yang lainnya menerjemahkannya dengan janji dan ancaman Allah .

Sebutlah nama tuhanmu, dan beribadahlah kepadanya dengan penuh ketekunan (sepenuh hati). (QS.73:8)

Tugas berat selain di atas, perlu penambahan bekal lagi, berzikir. Dengan mengingat Allah akan menguatkan mental Rasulullah dalam menjalankan misi risalahnya. Bahwa Allah Maha kuat. Maka siapapun takkan mampu melawannya. Allahlah sebaik-baik penolong. Allah Maha Mendengar, Maha Penyayang, dan kasih-Nya takkan pernah memiliki batas.

Dengan berzikir, kita akan semakin mengenal Allah. Semakin menetapkan keimanan dan keyakinan kita sebagai penerus risalah Nabi SAW. Itulah yang dikehendaki Allah dalam membekali kekasihnya, Muhammad SAW.

Hanzallah ra salah satu sahabat nabi pernah curhat kepada Abu Bakar ra sambal menangis mengatakan dirinya sudah munafiq. Karena ia merasakan, ketika berada di majelis Rasulullah dapat melihat syurga dan neraka dengan nyata. Dan sangat ingin masuk ke syurga serta sangat takut neraka. Akan tetapi jika sudah keluar dari majelis Rasul, syurga dan neraka tidak tampak. Dan Abu Bakar merasakan hal yang sama. Begitu juga Umar ra mengatakan yang sama. Maka ketika ditanyakan kepada Rasulullah menjawab, bahwa hal demikian adalah sesuatu yang lumrah terjadi. Jikalau keluar masuk masuk majelis tetaplah sama maka malaikat akan menyalami mereka di jalan-jalan. Artinya, sesuatu yang lumrah terjadi pada manusia fluktuatif keimanannya sepanjang masih dalam koridor ketaatan.

(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah dia sebagai Pelindung. (QS.73:9)

Mengapa kita diperintahkan tabattul fokus beribadah, karena Allah adalah Tuhan wal masyik wal maghrib. Adakalanya Allah membahas relativitas waktu, dan lain waktu bicara tentang tempat dan jarak. Mudah bagi Allah menghentikan waktu seperti pada kisah Ashabul Kahfi. Dan melipat waktu dan jarak seperti pada kisah nabi Sulaiman yang melakukan perjalanan dalam waktu singkat dan cepat. Maka sembahlah Allah yang memiliki waktu, tempat, dan jarak dan memiliki segalanya. Kesuksesan harus diitung dengan kacamata Allah. Maka wal masyrik wal maghrib  di sini untuk merelatifkan waktu dan jarak, sehingga tidak dibenarkan mengultuskannya. Karenanya di manapun, kapanpun, siang dan malam tetap jadikan Allah sebagai tempat bergantung dan pelindung.

Karena zikir merupakan salah satu sumber kekuatan seorang mukmin dalam kondisi apapun. Senada dengan pesan arif Ibnu 'Athaillah as-Sakandary , : ''Jangan tinggalkan berzikir sebab kelalaianmu saat berzikir. Semoga Allah berkenan mengangkat derajatmu dari zikir yang penuh dengan kelalaian menuju zikir yang penuh kesadaran. Dan dari zikir yang penuh kesadaran menuju zikir yang disemangati oleh kehadiran-Nya menuju zikir yang meniadikan segala sesuatu selain-Nya. Dan yang demikian itu bagi Allah bukanlah merupakan sesuatu yang sulit." .

Hanya tinggal kita membiasakannya dan mau terus berusaha melakukannya.

Sikap Terbaik Dalam Menghadapi Rintangan Dakwah (ayat 10 -14)

Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. (QS. 73:10)

Kenalilah kelembutan Allah dengan bersabar. Dengan kesabaran ini akan semakin membuat seseorang dekat dengan Allah. Dan semakin membuatnya kokoh serta istiqomah. Keyakinan terhadap takdir Allah, juga akan membantu kita dalam bersabar dan membuat segala rintangan menjadi sebuah bumbu kehidupan. Justru akan terasa lebih manis .

Sabar merupakan salah satu bentuk kepasrahan yang positif. Bukan sikap menyerah atau apatis dalam merespon sebuah masalah. Maka sikap sabar seperti ini akan semakin membuat seseorang kuat. Dan akan semakin dewasa dalam mengambil sikap. Karena ia telah mengalahkan ego dan perasaannya. Bagaimana tidak, bukankah yang memerintah bersikap sabar telah memberikan jaminan? Dia akan membuat perhitungan terhadap orang-orang yang selalu menyakiti dan menghalangi Rasulullah SAW, mendustakan risalahnya dan mengumandangkan permusuhan terhadap risalah yang diembannya. Maka biarlah Allah yang mengurusi mereka.

Dan biarkan Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar. (QS. 73: 11)

Allah tangguhkan mereka. Sebenarnya agar mereka mau berpikir untuk bertaubat dan menyadari kekeliruannya. Kemudian segera memperbaiki kesalahannya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Mereka semakin menjadi-jadi, memusuhi Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti dakwahnya. Menindas dan menyakiti mereka, baik secara fisik ataupun dengan tekanan dan teror psykis yang mereka lancarkan terus-menerus.

Dalam aktifitas kehidupan dengan beragam interaksi dengan berbagai komunitas dan beragam karakter masyarakat (public) tentunya banyak hal yang tidak sesuai keinginan, ada iri dengki dan mengata-ngatain sampai dengan fitnah, maka arahan Allah adalah bersabar dan menjauh menghindari mereka. Dalam Islam ada manajemen komentar. Sementara kita tidak perlu mengikuti komentar, layaknya teori marketing yang mengikuti pasar. Karena Allah berjanji yang akan mengurusi mereka dan tugas penda'i hanya menyampaikan saja.

Untuk Para Pendusta

Sungguh, di sisi Kami ada belenggu-belenggu (yang berat) dan neraka yang menyala-nyala. (QS. 73 : 12)

dan (ada) makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih. (QS. 73: 13)

(Ingatlah) pada hari (ketika) bumi dan gunung-gunung berguncang keras, dan menjadilah gunung-gunung itu seperti onggokan pasir yang dicurahkan. (QS. 73:14)

Siksaan yang sangat pedih telah Allah siapkan untuk mereka yang memusuhi kekasih-Nya. Azab yang akan membuat mereka kering dan haus. Tak ada makanan kecuali hanya menambah kepedihan dan rasa kering yang tak terbayangkan. Sebelumnya, saat sangkakala Israfil ditiup alam semesta ini menjadi demikian rapuh dan lebur dalam kehancuran. Termasuk orang-orang yang ada di atas bumi. Semua mengalami kefanaan. Karena kekekalan hanya dimiliki oleh Zat Yang Maha Hidup.

Para pendusta yang memusuhi Rasulullah bukannya tak tahu, bahwa sunnah Allah berlaku untuk orang-orang yang mendustakan utusan-Nya. Umat-umat sebelum mereka telah dibinasakan. Sisa-sisa kengerian itu bahkan sebagian masih bisa dilacak. Lihatlah apa yang dialami Fir'aun. Manusia kerdil yang sombong yang menasbihkan dirinya sebagai Tuhan. Kemudian hanya menjumpai kebinasaan yang menghinakan. Ditenggelamkan Allah dan kemudian jasadnya diperlihatkan kepada banyak orang yang datang setelahnya. Bahkan hingga saat ini, jasadnya masih dijaga dan terawat baik dalam museum. Yang demikian untuk diambil pelajaran bagi kaum mukminin juga bagi mereka yang mendustakan dan memusuhi risalah Allah. (Dea21)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun