Jadi Qaulan tsaqiila mengandung arti yang banyak. Menyampaikan kebenaran itu qaulan tsaqiila. Dalam beramar makruf nahi munkar, sebagian orang berpendapat lebih mudah beramar makruf daripada nahi munkar. Sesungguhnya amar makruf nahi munkar adalah satu paket. Jikalau  amar makruf dijalankan,  nahi munkar gak perlu atau tertutupi. Karena kaidahnya "izaa katsurol munkar soorol makrufan", yaitu ketika kemungkaran merajalela, maka sesuatu yang tidak bisa diingkari. Jika semua orang membuka aurat, yang menutup aurat jadi aib. Jika semua orang mengonsumsi narkoba dan obat-obatan terlarang maka yang tidak mengkonsumsinya dianggap munkar.
Dahulu, di tahun 90-an iklan shampoo tidak ada yang memakai jilbab. Sekarang iklan shampoo notabene untuk rambut tetapi rambutnya ditutup jilbab. Artinya, rekayasa kebaikan yang Allah berikan itu bertahap. Qaulan tsaqiilan itu pejuang-pejuangnya, jikalau tidak meyakininya bagaimana mungkin kita dapat memberikan kebaikan kepada orang lain. Dan qaulan tsaqiila  itu dua bekalnya yaitu dari sholat malam dan membaca Al-Qur'an.
Mengenai alasan betapa pentingnya malam bagi seorang nabi juga para da'i. Allah menegaskannya di ayat keenam.
Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan. (QS. 73: 6)
Waktu malam itu lebih berbekas, lebih terasa, dan lebih fokus. Dengan suasana yang hening akan membantu seseorang dan memudahkannya dalam mengatur suasana hatinya supaya sesuai dengan ritme bacaan Al-Qur'an yang dibacanya. Sehingga hati bisa mengikuti gerak mulut. Jika ibarat kurve itu sedang menurun, tetapi emosional menaik. Maka malam itu waktu yang tepat digunakan keluarga, me time, dan introspeksi diri sebelum tidur.
Rasulullah pernah bersabda ketika para sahabar sedang berkumpul di majelis ilmunya, Â bahwa akan datang kepada mereka seorang penghuni syurga. Kemudian para sahabat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan siapa gerangan yang dimaksud. Dan terlihatnya seorang lelaki yang berpenampilan biasa dan memakai sendal kayunya. Keesokan hari, nabi kembali bersabda hal yang sama dan yang datang juga masih lelaki yang sama. Demikian kejadian itu berulang selama tiga hari dan para sahabat tidak ada yang mengenal lelaki tersebut.Â
Akhirnya Abdullah bin Amar bin Ash penasaran dengan orang itu, kemudian mengikutinya hingga ke rumahnya dan meminta izin menginap di rumah lelaki tersebut selama tiga hari. Beliau mengamati aktifitas ibadah lelaki ini biasa saja, tidak ada yang istimewa. Sholatnya biasa , makan dan tidur seperti biasa orang pada umumnya. Hingga akhirnya ketika meminta izin pulang dan menyampaikan tujuan dari mabitnya Abdullah di rumahnya, sang lelaki menyampaikan bahwa ia tidak memiliki amalan yang istimewa. Kecuali ada kebiasaan yang ia lakukan setiap menjelang  tidur yaitu berdoa menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT, berintrospeksi diri dengan memintakan ampunan terhadap dirinya dan juga orang-orang yang dia temui pada siang hari nya. Ia tidur  dalam keadaan yang tidak menyimpan dendam dan rasa sakit hati.
Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang Panjang (banyak). (QS. 73: 7)
Sementara di waktu siang, kondisi seperti ini sangat langka untuk didapatkan. Karena banyak urusan dan orang tergesa--gesa dalam urusannya. Kata "as-sabhu" aslinya berjalan cepat di dalam air. Untuk mengambarkan betapa sulitnya kondisi dalam kesibukan. Ini kiasan untuk orang yang berpergian dan banyak urusannya.
Tugas Berat Siap Menanti
Setelah itu, tugas yang berat pun tidak akan membebani atau menjadi tanggungan yang berlebihan. Karena pemikul amanahnya benar-benar telah siap. Baik dalam menerima atau menyampaikan risalah, ataupun menanggung resiko yang akan ditemuinya sebagai konsekuensi dakwah tersebut.