Surat ini spesial, karena nadanya terbuka ketika di akhir-akhir ayatnya ketika membacanya maka mulut kita terbuka kecuali di ayat pertama, dan ini ada hentakan-hentakan halus yang terasa. Ini terkait dengan ayat-ayat yang Allah sampaikan ..wa aqwamu qilaa..., malam yang hening tidak perlu disampaikan dengan hentakan keras, cukup sebentar , sedikit saja itu sudah masuk dan berasa. Maka Allah melatih seorang nabi harus peka, seorang da'I harus peka dalam mengemban risalah. Karena kepekaan ini bukan sekedar insting yang diberikan kepada makhluk lainnya (binatang dan tumbuhan) melainkan kepekaan yang menyangkut tiga hal yaitu insting, fitrah dan risalah.
Allah perlu melatih tiga kepekaan ini sebagaimana Adam dilatih Allah SWT. Adam tidak diciptakan tiba-tiba tau, tapi wallama adama asma....-Adam as harus belajar dan kemudian derajatnya melebihi malaikat.
Rasulullah SAW juga tidak diciptakan tiba-tiba jadi orang baik. Aslinya memang sudah baik tapi kebaikan itu perlu dipoles dan perlu dikuatkan dengan pembekalan ini. Dan hal ini sesuai dengan tiga hal, yaitu :
1. Taklif (tugas dan beban) yang agung.
2. Urusan yang serius, dan
3. Ahwal (kedahsyatan) yang bertubi-tubi, yaitu :
- Haul  (kedahsyatan) al-qaul al-tsaqil (ucapan yang "berat").
- Haul (kedahsyatan) ancaman yang menakutkan.
- Haul (kedahsyatan ) al-mauqif  ("posisi").
Kedua: dari sisi kandungan, bagian pertama ini berisi :
1. Seruan yang memuat taklif (beban dan tugas).
2. Persiapan untuk memikul taklif  tersebut
Persiapan ini dilakukan dengan delapan (8) cara, yaitu :
1. Qiyam al-lail  secara khusus