Saya nekat berteriak minta tolong.
"Tolongggg!"
Suara bergema dan memantul dari bukit ke bukit.
Di saat itu rasa frustasi menghantui pikiran, jika tidak ada yang mengetahui keberadaan saya jangan-jangan nanti hanya akan dijadikan santapan makanan binatang buas. Tapi benarkah masih ada binatang buas. Ini gunung purba bukan gunung aktif dan subur seperti Merapi dan Merbabu. Desa yang belum tersentuh listrik dan banyak pemudanya menjadi perantau. Diam-diam saya menangis, ingat Ibu, ingat ayah dan ingat adik. Tetesan air mata membuat semakin perih luka di seputar pipi. Perut mulai berontak, rasa lapar menjalar dan membuat kerongkongan mengering.
Akhirnya ketika matahari persis seperti di atas kepala, saya ditemukan oleh penduduk sekitar. Mereka menggendong saya dan dibawa ke mantri kesehatan untuk diobati beberapa luka yang ada di pangkal lengan, lutut dan dipergelangan kaki.
"Apakah saya terluka sendiri Pak di sini?"
"Ada satu lagi teman anda kami temukan tertidur di perdu bambu, rupanya ia pingsan karena kepalanya terbentur batang bambu yang jatuh.
Menurut beberapa penuturan penduduk setempat, orang baru yang menginap di sekitar daerah itu harus minta ijin bila melewati beberapa tempat yang dianggap angker, kalau tidak bisa muncul musibah, apalagi bila melakukan tindakan seperti merusak alam atau mengambil benda tanpa minta ijin terlebih dahulu, atau berbuat zina.
Konon di setiap tempat selalu ada penunggunya. Tempat tempat seperti rumpun bambu, pohon beringin tua, jati tua dan pohon randu dipercaya menjadi tempat nyaman bagi jin dan roh halus, serta mahluk dari dimensi lain.
Di Pulau Jawa kepercayaan animisme dan dinamisme masih kuat, maka masyarakat perlu menyelaraskan dengan alam semesta. Pohon, batu, gua, rumah tua juga bagian dari alam semesta yang perlu dilindungi dan beri sesaji agar mereka bisa menjadi teman bagi kehidupan manusia. Danyang, asisten Dewi Sri. Tempat mata air, air terjun sering dijadikan tempat untuk bertapa atau meditasi dari orang-orang sakti yang selalu mencari sangkan paraning dumadi.
Sayang  para pelajar dan intelektual saat ini kurang memahami bahasa alam, gagap memahami tanda-tanda dan lebih mengedepankan logika, mengabaikan harmoni alam yang menyebabkan semesta semakin rusak. Sementara relasi manusia dan alam semesta semakin menjauh. Bumi semakin panas dan nafsu manusia merusak dan menguasai alam semakin tidak terbendung.