"Parjo, kamu jangan terlalu jauh dari kami. "Begitu pinta Puji dan Rini yang sepanjang jalan tampak ketakutan melihat sekeliling dusun yang gelap."
"Mengapa sih, rapat kok malam-malam, kenapa nggak siang saja." Puji protes.
"Ya karena penduduk sini dari pagi sampai sore banyak di ladang sehingga mereka hanya bisa dikumpulkan malam hari." jawab Parjo.
'Danang, kamu jangan sinis gitu melihat kami yang ketakutan, ya maklum, tempat asal bukan dari desa seperti ini jadi ya gimana gitu."
"Kamu takut ketemu hantu?"
"Ih, kenapa malah dijelaskan Oon, sudah tahu kami takut han..."
Tiba tiba baterey senter Parjo benar-benar tidak bisa dinyalakan.
"Duh, kenapa batereynya mati ya..."
Saya tidak  tahu reaksi Rini dan Puji, namun tiba-tiba ada tangan yang mencengkeram kuat, pergelangan tangan saya. Bulu kuduk langsung berdiri suasana benar-benar kacau. Rini, menjerit, Puji langsung saja memegang tangan Parjo erat-erat.
Terdengar suara burung hantu yang berada persis di atas kami, cekukuk kuk... dan brakkkk
Suara keras pohon tumbang ada di dekat kami.