Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Salam Rindu untuk Mister Wisnu!

28 November 2020   15:17 Diperbarui: 28 November 2020   15:27 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Prettysleepy - pixabay.com

Pagi masih berkabut. Hujan dini hari masih menyisakan dingin yang menggigit. Satu dua siswa yang memasuki gerbang SMA Prabangsa tampak melapisi seragamnya dengan jaket atau kardigan aneka warna.

Meskipun kicauan burung bersahutan mendominasi suasana pagi, tetapi kompleks sekolah masih relatif sepi. Bel tanda masuk baru akan berbunyi pukul tujuh. Puncak keramaian biasanya terjadi pukul setengah tujuh. Saat itulah kicauan burung akan mengabur ditelan keriuhan ratusan remaja belasan tahun.    

Ayu siswa kelas sebelas tampak berdiri dekat ruang guru. Berkali-kali dia melirik arloji di pergelangan seraya membuat panggilan telepon. Sesekali dia merapatkan kardigan pastel yang membalut seragamnya. Sepertinya bukan karena kedinginan. Ekspresi keresahan mengisyaratkan ada masalah besar menimpanya.

Ketika pintu ruang guru terbuka, Ayu segera mendekat. Serta merta disambutnya lelaki tampan yang keluar dari ruangan berkaca riben itu. Ditariknya tangan lelaki yang tak lain adalah Pak Wisnu, guru Bahasa Inggris.

Namun, guru muda awal dua puluh lima itu berusaha keras menarik kembali tangannya.

"Ay, jangan berlaku manja! Ingat, di sekolah aku gurumu!" sergah Wisnu dengan suara setengah berbisik. Ekor matanya berusaha memastikan tak ada rekan guru atau murid yang melihat tingkah Ayu.  

Dengan wajah cemberut Ayu melepas tangannya. "Iya... iyaaa... jaim banget sih!" katanya pelan, "Tapi anterin Ay dong, tugas praktikum Ay ketinggalan!"

"Aduuh, kebiasaan! Nggak bisa Ay, gimana kalau kita kejebak macet trus telat?" balas Wisnu masih setengah berbisik, "Jam pertama Mas harus bikin ulangan. Naik ojol aja deh!"

Mendengar jawaban Wisnu sontak Ayu kembali meraih tangan guru bahasa itu sambil merengek, "Tolonglaah... Mas tahu gimana Pak Raja, kan? Mas rela ngliat Ay berdiri di lapangan sambil menghormat bendera?"

Dahi Wisnu berkerut tak tega mendengar rengekan memilukan. Tanpa sadar guru berperawakan tinggi itu menepuk-nepuk punggung tangan Ayu. Mungkin dia bermaksud menenangkan gadis berparas melankolis tersebut.

"Gimana ya Ay, Mas---," kalimat Wisnu terjeda oleh suara heboh dari selasar di sisi ruang guru.

Tetiba saja tiga orang gadis muncul dan kompak menyapa, "Morning Mr. Wisnuuu...!"  

Dengan ekspresi kaget, Ayu dan Wisnu sontak melepaskan tangan masing-masing dan saling menjauh.   

"Good morning girls!" balas Wisnu semringah demi menghalau kecurigaan yang terbit di wajah mereka.

Alih-alih menerima jabat tangan ketiga muridnya, Wisnu menangkupkan kedua tangannya ke depan dada. Dari Ayu dia sudah tahu mereka adalah Geng Belinda-Betty, Lina, Danti.

Hati-hati Mas, jangan terlalu ramah. Mereka anak Prabangsa yang paling kenes dan suka ngerjain guru baru! Demikian peringatan Ayu saat mereka mengobrol tentang hari pertamanya mengajar di kelas Ayu, XI-IPA. Hobi Geng Belinda mengganggu mahasiswa praktik maupun guru baru di SMA Prabangsa sudah bukan rahasia.

Sebagai guru baru Wisnu pun tak luput dari sasaran, apalagi dengan penampilannya yang menawan yang membuat semua murid mengidolakannya. Cara mengajar yang inovatif dan senyum ramahnya menghipnotis semua murid perempuan sekaligus menuai cemburu sejumlah murid laki-laki.   

"Mister, nanti ulangannya jangan susah-susah yaa...," kata Danti seraya menghormat takzim namun dengan gaya kemayu menggoda.

Wisnu hanya tersenyum datar, "Pelajari catatan kalian, pasti gampang! Semangat yak!"

"Kalau saya asal sudah ketemu Mister Wisnu pasti semangat," sahut Lina tak kalah genit.

"Be-te-we, pagi-pagi curhat apaan lo sama my Mister?" Betty melempar pertanyaan retorik pada Ayu yang diam mematung.

Ayu hanya tersenyum getir sebagai reaksi. Saat itu yang ada di kepala dan menjadi fokusnya hanya wajah Pak Raja dan tugas paktikum Fisika yang tertinggal.

"Kami boleh curhat juga ya Mister, tapi nanti... sekarang buru-buru mo ngerjain PR Math," lanjut Betty dengan suara kenes.

"Yuk, buruan!" Danti memberi komando.

"Bye, bye Mister Wisnuuu!" seru ketiga gadis itu seraya membungkuk takzim dan beranjak pergi.

Wisnu tersenyum mengiringi kepergian Geng Belinda. Sejurus kemudian dia berbalik ke arah Ayu seraya berbisik, " Ya sudah Ay, yuk Mas anterin. Tapi kita harus ngebut nih!"

Ayu bersorak girang. Diikutinya langkah Wisnu yang bergegas menuju tempat parkir kendaraan guru yang berada di bagian belakang gedung sekolah.

***

Bel istirahat memecah keheningan kelas XI-IPA mengakhiri ulangan Bahasa Inggris. Setelah menerima lembar jawab, Wisnu menyerahkan hasil ulangan minggu sebelumnya kepada Edwin, ketua kelas. Wisnu pun melantunkan salam penutup.

Alih-alih membalas salam gurunya, semua murid bergegas menyerbu Edwin. Dalam hitungan detik keriuhan pun memenuhi seluruh ruangan. Mereka saling berteriak menanyakan nilai masing-masing. Sebagian lagi melambai-lambaikan kertas ulangan memamerkan nilainya.

"Sukses misi elo minggu lalu?" Dio bertanya seraya memukul pundak Andi.

"Lumayan bro, dapat tujuh lima," Andi menyeringai dan sibuk berswafoto bersama kertas ulangannya, "sejarah ini harus tayang di Instagram."

Teman-teman di sekitarnya tertawa mengejek. Meskipun tidak jujur, tetap  saja Andi bangga. Maklum selama ini nilai Bahasa Inggrisnya tak pernah lebih dari lima.

"Ajib! Gue nyontek si Aliat malah apes. Tulisan dokternya yang super jelek itu gak kebaca" teriak Dodi sambil menunjukkan kepalan tangan ke arah Aliat.

Aliat tersenyum sambil garuk-garuk kepala.

"Hoi... parah kelian semua! Hobi nyontek dipiara!" seru Monang menegur teman-temannya, "Kita ini generasi pemilik masa depan bro!"

"Nang, stop! Plis jangan crewet kayak Mamiku deh!" celetuk Viktor, "Awas juga kalau kamu lapor-lapor Pak Raja!"

Dodi mengacungkan jempol sebagai tanda sepakat. "Betul Nang! Sumpah, kami janji gak bakal nyontek kalau pelajaran bokap lo!" katanya

Hamonangan anak Pak Raja guru Fisika hanya tertawa sembari geleng-geleng kepala. Sebagai anak guru, posisinya serba sulit. Di satu sisi dia dituntut jadi anak baik. Di sisi lain dia harus menjaga solidaritas dengan teman-teman sekelas.  

Berbeda dengan kehebohan para cowok, di sudut lain kelas para cewek tampak serius. Mereka seperti sedang mengadili Ayu gegara nilainya sempurna.

"Yu, gimana ceritanya elo bisa dapat 100? Pasti dikasih bocoran ya?" tanya Wida dengan tatapan penuh selidik.

Sepakat dengan tuduhan Wida, Naning mendekati Ayu dan bicara dengan suara rendah penuh tuduhan, "Ngaku! Elo punya hubungan spesial sama Pak Wisnu, kan?"

"Heloow... plis, jangan jelek-jelekin my Mister dong!" suara kenes Betty tetiba memprotes Wida "pastilah si Ayu nyontek tuh!"

Ayu tersenyum memamerkan lesung pipitnya. Tak ada ekspresi kemarahan. Tanggapannya pun terdengar santai, "Jangan suudzon, nanti dosa lho!'

Sebaliknya, Dewi justru menunjukkan rasa tidak terima.  

"Kalian jahat ya!" suaranya menggelegar, "Asal kalian tahu, papi Ayu itu bule. Sejak masih orok nangis pun Ayu pakai bahasa Inggris! Kalian lupa siapa wakil sekolah di ajang Speech Contest tingkat provinsi?" 

Ayu menepuk-nepuk pelan bahu Dewi berusaha menenangkan, "Sudahlah Wi... yuk makan siomay aja!"

Dengan berat hati Dewi mengikuti Ayu yang sudah beranjak meninggalkan ajang pengadilan tersebut. Teman-teman yang lain ikut membubarkan diri.   

***

Hari ini Pak Wisnu tidak hadir di sekolah. Ayu juga absen. Sebentar kemudian tersiar desas-desus bahwa kemarin malam keduanya mengalami kecelakaan. Ayu hanya mengalami patah tulang, sedangkan luka Pak Wisnu cukup serius.

Wida pun menghebohkan Kelas XI-IPA dengan gosip terbarunya. Para gadis berkerumun mengelilinginya.   

 

"Tuh kubilang juga apa! Ayu punya hubungan khusus sama Pak Wisnu!" kata Wida membuka sesi gibahnya, "Ngapain coba malam-malam pergi berduaan!"

Geng Belinda fans berat Mister Wisnu agaknya mulai terpengaruh.

"Sebenarnya gue nggak percaya. Masak sih my Mister suka sama Ayu culun itu?" Danti menimpali dengan wajah terlipat, "Tapi, kapan itu gue pernah lihat si Ayu narik-narik tangan my Mister!"

 

"Our Mister kaliii!" seru Betty dan Lina bersamaan.

Sementara semua tergelak, Rika yang terkenal keibuan unjuk bicara,"Teman-teman, jangan asal nuduh kalau ndak ada bukti. Meskipun masih muda, Pak Wisnu itu guru yang harus kita hormati."

Wida melirik Rika seraya mencibir, "Heh, kurang bukti apa coba? Saban hari mereka datang barengan. Sebelum jam enam pulak. Pasti supaya nggak ada yang mergokin!"

"Hoi ibuk-ibuk!" suara Monang tetiba membuat semua cewek terdiam, "Sekali lagi kudengar kelian gosipin Ayu, aku enggak kasih maaf ya!"

"Yaelah Nang, segitunya belain Ayu. Percuma kali! Cinta lo ke dia aja belum jelas nasibnya!" balas Wida sinis.

"Iya Monang... emang lo nggak cemburu si Ayu dekat sama Mister Wisnu? Jujur, kalau gue mah kagak suka our Mister deketin si Ayu!" ujar Betty yang sekejap tampak menerawang, "Apalagi setelah gue tahu our Mister itu jago basket. Duuuh, makin naksir gue!"  

"Apa maksud kali---," suara Monang terputus menyusul tarikan Andi yang membuatnya keluar dari kerumunan para gadis.

"Bro, lo ngapain ikutan ibu-ibu bergosip?" sergah Andi setelah mereka berada di luar kelas.

Monang nyengir kuda, "Kasihan Ayu, bro!"

"Haissh!" Andi mengibaskan tangan ke udara, "Urusan bela-membela Ayu serahin aja sama Dewiku tercinta. Dia kan ketua FPA!"

"Apaan tuh FPA?"

"Front Pembela Ayu... hahaha!" Andi terbahak, lantas berlari meninggalkan Monang.

***

Setelah seminggu absen, hari ini Ayu kembali masuk sekolah. Sementara, Pak Wisnu kabarnya masih harus rawat inap. Ayu berjalan tertatih dengan dua kruk penyangga dibantu Dewi dan Bu Sri, guru Bimbingan Konseling. Sesekali dia tampak meringis kesakitan.

Sampai di depan pintu kelas Bu Sri berpesan, "Dewi, kamu bantu Ayu ya! Kalau ada apa-apa segera telpon atau cari ibu di ruang BK."

"Siap Bu!" jawab Dewi sigap.

Ayu belum lama duduk ketika Wida dan Geng Belinda beriringan memasuki kelas. Bukan ke arah bangku masing-masing, mereka malah menuju ke bangku Ayu. Namun, sebelum mereka sampai tujuan, Dewi sudah berdiri seraya meraih tongkat kruk Ayu.

"Satu kata fitnah saja terucap, kruk ini yang akan kasih jawaban!" kata Dewi dengan gaya memegang tongkat baseball siap memukul bola.

Wida dan Geng Belinda sontak berhenti dan berbalik arah. Ayu terkikik melihat tingkah sahabatnya. Teman-teman sekelas yang mulai berdatangan pun riuh bertepuk tangan melihat sikap kepahlawanan Dewi.

"Tengok bro!" seru Andi menunjuk ke arah Dewi, "Dewi Cintaku memang numero uno!"

Kalimat Andi disambut tepuk tangan dan siulan ejekan.

"Yoo, yang halu yang halu, majuu..!"

Kehebohan pagi terhenti seketika oleh bunyi bel dan kehadiran Bu Nenti semenit kemudian. Seisi kelas tampak terkejut. Pasalnya jam pertama seharusnya Pelajaran Fisika.

Bu Nenti melangkah ke depan kelas seraya menyapa, "Selamat pagi anak-anakku!"

"Pagi Buuuu," semua murid serentak menyahut dan mengangguk takzim.

"Maaf, Ibu ambil waktu Pak Raja sebentar ya. Ibu hendak meluruskan persoalan yang belakangan membuat telinga berdenging-denging. Tentang gosip Ayu dan Pak Wisnu," kata Bu Nenti tanpa basa-basi.

"Gosipnya betul kan, Bu?" Wida nyeletuk tanpa ingat sopan santun.

Teriakan "huuuuu" sontak memenuhi ruang kelas.

Alih-alih menjawab, Bu Nenti hanya melotot ke arah Wida sambil geleng-geleng. Kelas pun kembali hening, semua murid menunduk.

"Bukan bersaing dalam pelajaran kalian hanya sibuk bergosip," Bu Nenti membuka nasihat panjangnya, "Sebagai kepala sekolah Ibu malu mengingat sikap kalian sejak kehadiran Pak Wisnu di sekolah kita."

Semua murid menunduk semakin dalam.

"Karena itu sebaiknya kalian tahu," lanjut Bu Nenti seraya menunjuk ke arah Ayu, "bahwa Ayu adalah adik kandung Pak Wisnu. Kalian pun perlu mencatat baik-baik, semua guru di sekolah ini bekerja di bawah sumpah profesi dan kode etik. Jadi hentikan gosip murahan yang kalian sebarkan setiap hari. Fokus pada pelajaran!"

"Serius Buk? Alhamdulillah...!" cetus Betty spontan yang disambut tawa teman-temannya.

"Ayu maafin gue! Titip salam rinduku buat Mister Wisnu yaa!" seru Lina sambil menengok ke arah Ayu.

Kelas pun semakin heboh.

"Satu lagi!" seru Bu Nenti sambil berkali-kali mengetuk permukaan white board dengan spidol, "Pak Wisnu sudah bertunangan dan akan segera menikah. Tolong, para gadis berhenti berhalusinasi. Sekarang, siapkan diri untuk pelajaran Pak Raja, terima kasih!"

Kata penutup Bu Nenti sekejap mematahkan semangat Geng Belinda. Mereka bertiga tampak lesu seperti tisu kena air. Sebaliknya Monang tersenyum ceria dan mengerling ke arah Ayu.  

[Selesai]           

Depok, 28 November 2020

Salam Fiksiana, Dwi Klarasari

Catatan:

Teenlit ini terinspirasi dari kenangan pada Almarhum guru Bahasa Inggris saya di masa SMA yang keren, tampan, jago basket, dan jadi idola. Rest in Peace Mr. Pandu. Begitu pun kisah ini hanya fiksi. Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan belaka.      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun