"Haissh!" Andi mengibaskan tangan ke udara, "Urusan bela-membela Ayu serahin aja sama Dewiku tercinta. Dia kan ketua FPA!"
"Apaan tuh FPA?"
"Front Pembela Ayu... hahaha!" Andi terbahak, lantas berlari meninggalkan Monang.
***
Setelah seminggu absen, hari ini Ayu kembali masuk sekolah. Sementara, Pak Wisnu kabarnya masih harus rawat inap. Ayu berjalan tertatih dengan dua kruk penyangga dibantu Dewi dan Bu Sri, guru Bimbingan Konseling. Sesekali dia tampak meringis kesakitan.
Sampai di depan pintu kelas Bu Sri berpesan, "Dewi, kamu bantu Ayu ya! Kalau ada apa-apa segera telpon atau cari ibu di ruang BK."
"Siap Bu!" jawab Dewi sigap.
Ayu belum lama duduk ketika Wida dan Geng Belinda beriringan memasuki kelas. Bukan ke arah bangku masing-masing, mereka malah menuju ke bangku Ayu. Namun, sebelum mereka sampai tujuan, Dewi sudah berdiri seraya meraih tongkat kruk Ayu.
"Satu kata fitnah saja terucap, kruk ini yang akan kasih jawaban!" kata Dewi dengan gaya memegang tongkat baseball siap memukul bola.
Wida dan Geng Belinda sontak berhenti dan berbalik arah. Ayu terkikik melihat tingkah sahabatnya. Teman-teman sekelas yang mulai berdatangan pun riuh bertepuk tangan melihat sikap kepahlawanan Dewi.
"Tengok bro!" seru Andi menunjuk ke arah Dewi, "Dewi Cintaku memang numero uno!"