Mohon tunggu...
Dwi Isnaini
Dwi Isnaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mompreneur yang menyukai dunia tulis menulis

Owner CV Rizki Barokah perusahaan dalam bidang makanan ringan. Penulis buku "Karakter Ayah Pebisnis untuk Sang Anak Gadis"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekeping Hidayah dari Kisah Muti'ah

18 Desember 2021   06:48 Diperbarui: 18 Desember 2021   06:54 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oh itu? Cambuk itu saya sediakan untuk keperluan lain. Maksudnya begini, kalau suami saya sedang makan, saya akan menanyakan apakah masakannya cocok atau tidak? Kalau dia mengatakan cocok maka tidak akan terjadi apa-apa. Tapi kalau suami saya bilang tidak cocok maka cambuk itu akan saya berikan padanya agar punggung saya dicambuknya. Karena saya tidak bisa melayani suami dan menyenangkan hatinya."

"Apakah itu kehendak suamimu?' tanya Fatimah keheranan.

"Oh, bukan! Suami saya adalah orang yang penuh kasih sayang. Ini semua adalah kehendak saya sendiri, jangan sampai saya menjadi istri yang durhaka kepada suami."

"Lalu, kipas dan handuk kecil itu untuk apa?" tanya Fatimah kembali.

Muti'ah pun tersenyum malu. Setelah didesak Fatimah, dia pun kemudian bercerita.

"Engkau tahu Fatimah, suami saya seorang pekerja keras yang memeras keringat setiap hari. Saya sangat sayang dan hormat kepadanya. Begitu ia pulang kerja, cepat-cepat saya sambut kedatangannya dengan senyuman. Kemudian saya membuka bajunya dan mengelap keringatnya dengan handuk kecil itu hingga keringatnya kering. Jika dia berbaring di tikar ini untuk melepas lelah, saya kipasi dia dengan kipas itu hingga lelahnya hilang atau hingga dia tertidur pulas."

Mendengar penjelasan Muti'ah, Fatimah menggeleng-gelengkan kepala. Pantas saja kalau Muti'ah kelak akan menjadi seorang wanita yang pertama masuk surga. Dia sangat berbakti kepada suaminya.

Farah sangat menghayati kisah tersebut. Dia pun teringat kejadian beberapa waktu yang lalu.

"Dek, aku mau bicara!"

"Aku amati, kau semakin dekat saja dengan ustadz Abbas." kata suami Farah.

"Tidak, Mas. Aku biasa saja dengan beliau."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun