Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menembus Hujan Badai di Puncak Gunung Dempo

16 Februari 2021   13:51 Diperbarui: 19 Februari 2021   19:45 2151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya Arga yang masih terlihat segar berinisiatif untuk sampai terlebih dahulu ke Kampung 4 Dempo guna mengambil mobil biar lebih mendekat ke areal perkebunan teh. Setelah Arga tak terlihat lagi, Aku, Aisyah dan Agung meneruskan perjalanan dengan tertatih.

Tibalah kami di jalan besar dalam kebun, jalan penuh bebatuan namun bisa dilintasi mobil meski harus memilih-memilih. Tak lama kemudian ada cahaya lampu mobil menuju ke arah kami. Itu Arga, kataku lebih tertuju pada diri sendiri. 

Namun sesampainya di hadapan kami, ternyata Pak Dailami yang menjemput, ia berteriak sambil memelukku, sementara dua orang yang menemaninya langsung memberikan air minum. Tanpa berbasa basi lagi satu botol aqua habis dalam sekejab, bahkan Agung menuntaskan dua botol.

Rupanya Pak Dailami sudah menunggu dari siang tadi di Kampung 4 Dempo, dia bertanya kepada setiap orang yang turun dari gunung, apakah melihat kami, namun semua jawaban yang diterimanya adalah "tidak", karena orang yang mereka jumpai rata-rata membatalkan perjalanannya manakala sampai di pintu rimba hujan badai tak jua reda. 

Pak Dailami mencemaskan kami, karena istriku menghubunginya, lalu ia memastikan keberadaan kami di atas gunung, manakala melihat kedua mobil kami terparkir di Kampung 4 Dempo.

Saat Arga sampai di Kampung 4 Dempo, Pak Dailami langsung menanyakan keberadaan rombongan sehingga ia tancap gas menuju jalur pendakian di dalam kebun teh. Tak lama berselang Arga pun muncul dengan mengenderai salah satu mobil kami. Diiringi kedatangan Fanie, Fahen, Darman dan Supri yang juga tampak tak berdaya. 

Ternyata Supri dan Darman tersesat saat perjalanan dari shelter dua ke shelter satu, mereka mengikuti jalan yang diperkirakan menuju jurang, kesadaran mereka timbul manakala melihat papan asmal husnah berwarna hitam tanpa tulisan sama sekali.

Di dalam mobil, aku bertanya pada Aisyah tentang teriakkan saat melihat anak kucing. Ternyata Aisyah merasa sama sekali tidak pernah berteriak seperti itu, tapi ia mendengar saat aku mengingatkan untuk zikir... zikir dan zikir....

Ya Allah, hanya Engkau Yang Maha Perkasa dan Maha Menentukan Segala-galanya. Tiada daya dan upaya kami melainkan atas pertolongan-Mu. Terima kasih telah memberi pengalaman hidup yang paling berharga.  Terima kasih atas Kau ciptakan kekompakkan dan keakraban dari teman-teman para pendaki. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun