Tak berapa lama ada suara ketukan pintu, lantas temanku melangkah untuk membuka pintu. Sepertinya ada beberapa kata yang mereka bincangkan.
Kemudian temanku memberi isyarat sambil keluar kamar. Aku diam termangu karena memang baru pertama kalinya pengalaman ini terjadi.
Tapi Aku ingat pesan temanku untuk selalu tersenyum, tersenyum saja toh dia tidak tahu kita bisu.
Setelah terlampiaskannya nafsu lelaki hidung belang itu sebelum keluar dia memberi empat lembaran uang seratus ribuan.
Ada rasa sedih namun juga ada rasa senang mendapatkan bayaran besar menurut ukuranku.
Akhirnya Aku tak peduli, hari demi hari Aku mulai menikmati pekerjaanku ini. Bahkan Aku mampu mengalahkan senior-seniorku, karena walau Aku bisu tapi parasku lebih cantik dari yang lainnya.
Aku pikir setelah ini tak akan ada masalah lagi, ternyata temanku minta bagi hasil dari pekerjaanku. Aku mengerti, Aku juga pasti tahu diri.
Namun jauh dari perkiraanku dia minta Rp200.000/"tamu," artinya setengah dari penghasilanku di ambil. Apa boleh buat Aku pikir ini berkat jasanya juga.
Setiap hari ada saja tamu yang harus Aku layani, entah itu empat orang atau lima orang. Aku jatuh dari satu pelukan lelaki ke pelukan lelaki yang lainnya. Dari hasil tersebut Aku bisa menabung.
Sampai suatu ketika Aku datang bulan dan tidak bisa menerima "tamu," otomatis selama itu tidak ada pemasukan bagi diriku atau setoran buat temanku.
Dian -temanku- yang seolah olah menjadi manajerku akhirnya sering uring-uringan karena hampir seminggu Aku tak terima "tamu," karena memang kondisiku yang tak memungkinkan.