Isa memang bukan kami. Ia sebisa mungkin memenuhi kemauan orang-orang yang lekat di hati. Ia meminta saran teman-teman. Menjadi penunjuk jalan. Dan memikirkan betul apa gantinya, ketika yang diingini tak tersedia.
Pada kupat tahu, tergambarkah empati sejati?
Meski berkuah petis, itu mah pasti!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!