[Terintip, catatan harian tentang empat saudara]
Tempo hari kami diutus Ibu ke Bandung.
Beliau ingin menitipkan surat dan buah tangan untuk sepupu-sepupu kami, yang belum lama kehilangan bunda tercinta, kakak ipar Ibu. Kami sekeluarga memang belum sempat berbela sungkawa.
Walau ini pengutusan spontan, adikku setuju.
Kesempatan bagi kami berdua untuk bertemu kakak-kakak setelah sekian lama. Kesempatan bagi Yahya untuk bertemu sahabatnya.
Minggu subuh kami berangkat. Jalanan lengang.
Gangguan hanya sedikit. Hujan super-lebat turun menjelang pintu keluar Padalarang.
Halangan pun cuma satu. Sejak keluar rumah sampai kami melewati gerbang Cileunyi, pesan-pesan WA kepada kedua kakak sudah terkirim namun masih bercentang abu satu. Telepon juga belum berjawab.
Tidak apa.
Tujuan pertama: menjemput Isa, sahabat Yahya. Perempuan ini tutur katanya lembut, selembut hatinya. Pribadi yang pandai membawa diri, hangat, ramah dan ramai. Pantas mereka berdua bersahabat. Opposites attract.
Tujuan kedua: sarapan. Kami ingin makanan ringan saja pagi itu, yang khas Bandung, tapi.