TRANSFORMASI KEPERCAYAAN DARI MASA PRA-AKSARA HINGGA SEKARANG
Kepercayaan dan agama sejatinya memiliki perbedaan. Secara umum, kepercayaan adalah bentuk mengimani atau mempercayakan mengenai penyembahan atau unsur unsur religius lainnya dimana orang yang mengimani itu menganggap apa yang disembah sebagai Tuhan, namun Tuhan tersebut tidak dapat dijelaskan secara logis sebagai Sang Pencipta, hanya dapat dijelaskan sebagai sesuatu yang suci di hadapan mereka. Contoh-contoh kepercayaan yaitu:
Animisme, yaitu bentuk mengimani atau mempercayakan mengenai penyembahan atau unsur unsur religius lainnya terhadap roh (jiwa) nenek moyang mereka dimana orang yang mengimani itu menganggap nenek moyang yang disembah sebagai Tuhan, namun nenek moyang itu tidak dapat dijelaskan secara logis sebagai Sang Pencipta, hanya dapat dijelaskan sebagai sesuatu yang suci di hadapan mereka.
Dinamisme, bentuk mengimani atau mempercayakan mengenai penyembahan atau unsur unsur religius lainnya terhadap benda/pusaka kuno mereka dimana orang yang mengimani itu menganggap benda/pusaka kuno yang disembah sebagai Tuhan, namun benda/pusaka itu tidak dapat dijelaskan secara logis sebagai Sang Pencipta, hanya dapat dijelaskan sebagai sesuatu yang suci di hadapan mereka.
Agama adalah bentuk mengimani atau mempercayakan mengenai penyembahan atau unsur unsur religius lainnya dimana orang yang mengimani itu menganggap apa yang disembah sebagai Tuhan yang menciptakan mereka dengan beberapa aset pendukung seperti Utusan Tuhan, Kitab Tuhan, dan dalil dalil Tuhan. Beberapa contoh agama adalah Islam, bentuk mengimani atau mempercayakan mengenai penyembahan atau unsur unsur religius lainnya terhadap Allah SWT dimana orang yang mengimani itu menganggap ALLAH SWT yang disembah sebagai Tuhan yang menciptakan mereka dengan beberapa aset pendukung seperti Rasul Muhammad SAW, Kitab Al Qur'an, Hadist, Rukun Iman dan Islam, dan lain sebagainya. Lalu yang kedua, Kristen, bentuk mengimani atau mempercayakan mengenai penyembahan atau unsur unsur religius lainnya terhadap Allah dan Yesus dimana orang yang mengimani itu menganggap ALLAH yang disembah sebagai Tuhan yang menciptakan mereka dan Yesus sebagai penebusan dosa & tempat karunia mereka dengan beberapa aset pendukung seperti Yesus Kristus, Injil, beberapa Kitab Perjanjian Lama, beberapa Kitab Perjanjian Baru, dan lain sebagainya. Adapun juga, Buddha, bentuk mengimani atau mempercayakan mengenai penyembahan atau unsur unsur religius lainnya terhadap Sang Buddha dimana orang yang mengimani itu menganggap Buddha yang disembah sebagai Tuhan yang menciptakan mereka dengan beberapa aset pendukung seperti Kuil Buddha, Tripitaka, jejak Buddha, dan lain sebagainya. Lalu, Hindu, bentuk mengimani atau mempercayakan mengenai penyembahan atau unsur unsur religius lainnya terhadap para Dewa dimana orang yang mengimani itu menganggap para Dewa yang disembah sebagai Tuhan yang menciptakan, memelihara, dan mewafatkan mereka dengan beberapa aset pendukung seperti Kuil Dewa, Weda, dan lain sebagainya. Dan yang terakhir, Konghucu, bentuk mengimani atau mempercayakan mengenai penyembahan atau unsur unsur religius lainnya terhadap Tian dimana orang yang mengimani itu menganggap Tian yang disembah sebagai Tuhan yang menciptakan mereka dengan beberapa aset pendukung seperti, Shi Jing, Yi Jing, Li Jing, Da Xue, Meng Zi, dan lain sebagainya.
Manusia memiliki sifat yang membutuhkan perlindungan dari orang lain dan bergantung pada sesuatu selain diri mereka sendiri, jadi dari situlah kepercayaan zaman praaksara berasal. Manusia prasejarah bergantung pada benda yang diyakini memiliki kekuatan magis atau sihir yang akan membantu dan membuat hidup lebih mudah. Tetapi, kita sebagai orang Kristen memahami bahwa satu - satunya Allah yang sebenarnya adalah Tuhan Yesus. Kita hendaknya bersyukur atas iman dan kepercayaan yang telah diberikan oleh Roh Kudus kepada kita. Kita telah mengalami transformasi rohani dengan percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima Dia sebagai satu - satunya Allah dalam hidup kita. Roh Kudus dalam diri kita telah membantu kita dalam banyak hal. Ia membuat kami sadar akan kehadiran dan realitas Tuhan Yesus dan menguatkan kami dalam setiap eksperimen. Karena kita memiliki tubuh dalam kerohanian, hal ini sangat mempengaruhi kehidupan kita sehari - hari. Dampak sebenarnya yang dapat kita rasakan adalah memiliki hubungan yang baik dengan Allah, meningkatkan sifat alami kita agar sesuai dengan firman Allah, memberikan teladan bagi orang-orang yang tidak percaya, bersyukur atas segala sesuatu, dan lain-lain.
Dalam Amsal 3:5--6, kita membaca nasehat ini: "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Tulisan suci ini berisi dua nasihat, sebuah peringatan, dan satu janji mulia.
Dosa dan maut adalah tema penting dalam Alkitab yang menjadi masalah besar manusia dan Allah yang mengasihi ciptaan-Nya itu. Oleh karena itu tidak heran Alkitab banyak berbicara tentang dosa dan memperingatkan manusia akan bahaya dosa. Tidak heran para bapa gereja memikirkan bagaimana memahami dan mengajarkan tema dosa ini kepada umat. Tujuh dosa maut (TDM) atau dalam Bahasa Inggris Seven Deadly Sins tidak dikenal dalam Alkitab, namun konsep ini sudah dikenal lama, dan masih terus dipakai oleh gereja untuk mengajarkan masalah dosa kepada jemaat dan menghindari melakukan dosa-dosa itu. Mereka membagi dosa menjadi dua jenis, yaitu dosa mematikan dan dosa ringan. Bagi para bapa gereja itu menggunakan TDM sebenarnya bukan dosa-dosa yang mematikan namun menjadi jalan kepada dosa-dosa yang lebih serius, dan yang berlawanan langsung dengan ajaran Kristen, Tujuh dosa maut atau Seven deadly sins terdiri atas pride (kesombongan), greed (ketamakan), envy (iri hati), wrath (kemarahan), lust (hawa nafsu), gluttony (kerakusan), dan sloth (kemalasan).
Roh Kudus memberikan kesaksian tentang kebenaran. Dia adalah sumber kesaksian dan wahyu pribadi. Dia dapat membimbing kita dalam keputusan kita dan melindungi kita dari bahaya jasmani maupun rohani. Dia dikenal sebagai Penghibur, dan Dia dapat meredakan ketakutan kita dan memenuhi kita dengan harapan.
Banyak pengertian tentang bertumbuh menjadi dewasa rohani, seperti halnya semakin patuh dengan pertumbuhan mengikuti ajaran kepenuhan Kristus. Tidak dari dinilai dari berdoa panjang-panjang atau tinggi jabatanya di dalam suatu gereja, namun diukur dari kedekatanya dengan Tuhan. Sehingga bertumbuh menjadi dewasa rohani adalah semakin mendekatkan dirinya terhadap Tuhan.
Bertumbuh menjadi dewasa rohani adalah pertumbuhan seseorang dalam keimanan yang memiliki kualitas iman dengan Tuhan senantiasa berkembang, serta hidup dengan pedoman Alkitab, serta pewartaan firman yang semakin baik.