Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Pramuka : Pionering Kokoh

14 Agustus 2023   06:00 Diperbarui: 15 Agustus 2023   11:29 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari-pun yang sedari tadi sore tak terlihat karena awan hitam pembawa hujan menutupinya, membuat dunia terasa gelap, terlebih sekarang sudah hampir maghrib. 

Bisa dibayangkan gelapnya seperti apa, ditambah listrik di daerah sekolahku padam, mungkin ada pemadaman listrik ya. Dengan langkah yang tidak terisi sedikitpun akan keraguan, aku mantapkan langkahku. 

Sebenarnya aku tidak tahu pasti dimana rumah Pak Hadi, yang aku tahu rumah beliau ada di dekat Pasar. Jauh dari sekolahku, pastinya juga jauh dari rumaku. Iya disana  di pelosok perbatasan kota ini. 

Angin sore seolah-olah berkompromi dengan air hujan untuk membuat tubuhku menggigil kedinginan. Helm yang aku pakaipun rasanya sudah penuh dengan air. Aku gak boleh manja, aku harus kuat dengan bekal yakin itulah aku tetap berani melanjutkan perjalanan.

Di toko dekat pasar aku mencoba untuk berteduh sejenak untuk mengingat dan mencari tahu tentang rumah Pak Hadi, barangkali aku pernah tahu tapi sekarang lupa.

"Oh iya aku ingat rumah Pak Hadi  masuk ke gang itu" bicaraku seolah-olah bicara pada derasnya air hujan yang sedari tadi sore setia menemaniku.

Akupun kembali melanjutkan perjalanan. Rumah-rumah di gang yang aku masuki tak ada satupun yang terlihat jelas, semuanya terlihat samar-samar. Seperti  meraba-raba jarum yang hilang di ubin pada malam yang gelap, aku mencoba menebak-nebak dan akhirnya memutuskan memasuki pekarangan rumah seseorang yang aku yakini itu rumah Pak Hadi.

 "Assalamualaikum." Salamku ke arah pintu rumah sambil menggigil kedinginan seperti anak kucing kehujanan.

"Wa`alaikumsalam, Iya Yogi ayo masuk Yog." Jawab Pak Hadi yang saat itu aku lihat sangat berbeda hanya memakai sarung dan  kaos tidak seperti saat di sekolah. Beliau memperkenankanku masuk ke dalam rumahnya.

"Maaf pak, disini saja. Ini pak proposal yang bapak minta, maaf pak tadi saya tidak bisa menemui bapak saat di sekolah, saya ada di ruang wakasek" Balasku dengan menyerahkan proposal kepada beliau.

"Ya sudah pak maaf, saya pulang dulu sudah malam takut nenek gelisah mencari saya" lanjutku sembari berjabat tangan dan mencium tangan beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun