Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Pramuka : Pionering Kokoh

14 Agustus 2023   06:00 Diperbarui: 15 Agustus 2023   11:29 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dibandingkan mereka yang gak punya kesibukan, nilaiku masih melesat  diatas angin lho, lumayan 15 besar peringkat kelas dari 35 anak di kelas. Gak sombong haha

"Kringgggg...kringggg...kringggg." Suara lonceng berbunyi tiga kali menandakan pulang sekolah telah tiba. Sekali lagi, itu tidak bagiku karena agendaku masih banyak hari ini. Berjalan kembali menuju kelas, aku bertemu dengan sahabatku SMP  yang kini sudah cukup jauh, karena kesibukan kita masing-masing.

"Semangat Pak Yog...semangat!" Sambil menepuk pundakku. Iya memang kalau di sekolah, teman-temanku lebih suka manggil aku Pak Yog.

Di depan kelasku aku berjalan menindik-nindik sambil menengok ke arah dalam kelas. Melihat apakah sudah  sepi kelasku, syukurlah ternyata sudah. Aku merapikan barang-barangku.

Pukul 14.00 pun sudah tiba, rapat OSIS pun sudah harus aku mulai. Aku bersyukur mempunya rekan-rekan  pengurus  OSIS yang selalu disiplin sehingga aku bisa memulai rapat dengan tepat waktu.

"Duduk siap grak. Sebelum kita mulai rapat pada hari ini marilah kita berdoa sesuai dengan keyakinan kita masing-masing berdoa mulai" pimpinku memulai rapat hari ini ketika tepat pukul 14.00 tiba.

Di luar tak sangka disangka, berjuta-juta tetesan air jatuh menghantam bumi. Suara keras halilintar seakan menyuruh siapa saja untuk diam dalam keheningan. Rapatpun sebentar lagi usai, tapi di luar hujan deras ditambah halilintar keras lagi, padahal sore ini  aku harus  ke rumah Pak Hadi.

Jam sudah menunjukkan pukul 16.30 sore, hujan-pun masih dengan derasnya turun ke bumi. Apalagi saat ini listrik padam, jadi bertambah rintanganku. Suasana saat itu, seakan tak mau bekerjasama denganku. Seusai shalat Ashar, aku berpikir dalam-dalam.

"Kalau aku ke rumah Pak Hadi besok gimana ya, besok ada latihan pramuka jadi gak bisa. Tapi amanah-nyakan sore ini gimana ya." Tanyaku kepada halilintar yang sedang berteriak keras..

"Baiklah amanah ya amanah, kalau sore ya sore, apapun rintangannya tak peduli, tetap harus segera dijalankan." omongku sendiri dibawah tetesan air hujan, aku berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil motorku.

"Ya Tuhan,aku gak bawa jas hujan, gimana ini" Aku semakin kebingungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun