Mohon tunggu...
DKG Foundation
DKG Foundation Mohon Tunggu... Wiraswasta - penulis

Kumpulan Berita seputar museum museum dan barang barang seni

Selanjutnya

Tutup

Seni

Kajian Indonesian Heritage Museum: Topeng Jawa Timur

30 Juni 2023   21:30 Diperbarui: 30 Juni 2023   22:16 2555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbeda dengan Malang yang terinspirasi kisah Panji. Sementara seni topeng Sumenep dikenal dengan Topeng Dhalang, mengangkat kisah Mahabharata. Adapun cara menampilkannya seni topeng tiap daerah berbeda-beda. Kediri memiliki seni topeng Panji yang mungkin saat ini sudah jarang dijumpai. Dongkrek Madiun cenderung ditampilkan untuk upacara tolak bala. Seni topeng Panji Tengger masih dapat dijumpai di Probolinggo dan Lumajang. Madura terdapat seni topeng Dhalang. Dan kemudian Topeng Dhalang berkembang menjadi Topeng Kerte di Situbondo dan Bondowoso. Di Tuban, jenis kesenian topeng yang berkembang bernama thak-thakan,  berupa pertunjukan  arak - arakan.

C. Berbagai Kesenian Topeng di Jawa Timur

1. Topeng Malangan

Menurut Hariyono (1988:130), pertunjukan wayang topeng Malangan awalnya berkembang di desa Kedungmoro dan desa Polowijen (Kecamatan Blimbing, Malang, Jawa Timur), disebut dengan topeng Jabung, yang kemudian dikenal sebagai kesenian topeng Malang. Namun Pigeaud (dalam Supriyanto & Adi Pramono, 1997, Hidajat, 2005:270) mengungkapkan bahwa pada akhir abad ke-19 tercatat adanya wayang topeng yang dipertunjukkan di pendopo kabupaten Malang, yaitu waktu pemerintahan A.A. Surya Adiningrat (1898-1934). Ia juga mencatat terdapat perkumpulan wayang topeng di bagian Malang Selatan pada tahun 1930-an, seperti di Sanggreng, Jenggala, Wijiamba, dan Turen.

Wayang topeng Malangan ini mementaskan cerita Panji seperti Sayembara Sada Lanang, Walang Sumirang, Rabine Panji, Laire Nogo Taun, dan Jenggala Mbangun Candi, dimana tokoh-tokoh utama yang sering muncul antara lain, Panji Asmarabangun, Dewi Sekartaji, Raden Gunungsari, Klana Sewandana, dan Bapang Jayasentika. Pigeaud juga melanjutkan, bahwa pada tahun 1956 atau 1957, wayang topeng Malangan juga sering dipertunjukkan di pendopo kabupaten, karena pada saat itu bupati Malang, R. Djapan sangat berminat pada kesenian lokal.

Indonesian Heritage Museum
Indonesian Heritage Museum

Oleh para ahli kebudayaan (dalam Hariyono, 1988:130), topeng Malangan ini dihubungkan dengan bentuk drama tari bertopeng pada abad ke-12 yang dikenal dengan nama raket, atapukan, atau wayang wang. Karimun, salah seorang ahli waris dari R. Sungging Mubengkoro, yang masih keturunan dari Sunan Brawijaya VII (Raja Majapahit terakhir, 1498-1518) memimpin kelompok topeng Asmorobangun atau Sanggar Asmorobangun yang didirikan sejak tahun 1931 di desa Kedungmonggo, dan mulai dikenal masyarakat luas sebagai pengukir topeng sejak tahun 1970-an. Saat ini mbah Karimoen sudah wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Tri Handoyo, menjadi punggawa Sanggar Asmorobangun.

Onghokham (1972:115-119) mengungkapkan bahwa topeng Malangan disebut sebagai “Malangan” karena memang memiliki ciri khas yang berbeda dengan topeng yang berasal dari Jawa Tengah atau Bali. Topeng yang dikenakan oleh penari/pemain wayang topeng Malangan, ditahan di kepala penari dengan seutas tali yang tersambung pada topeng, bukan menggunakan sepotong kulit yang digigit di mulut. 

Indonesian Heritage Museum
Indonesian Heritage Museum

Berbeda dengan gaya “halus” dari Jawa Tengah, topeng Malang terbuat dari kayu yang tebal dan berat, dibentuk dengan bagian dagu lebih persegi, tulang pipi yang cukup menonjol (tinggi), dan kaya akan ukiran. Mahkota yang terletak di kepala bagian depan juga penuh dengan ukiran yang cukup kompleks (isen-isen). Kumis dari figur yang tergolong “figur gagah”, kurang lebih terdapat 21 figur, selalu diukir, sedangkan pada topeng Jawa Tengah hanya di-cat saja, atau terbuat dari rambut asli atau palsu.

Topeng Malang kebanyakan mulutnya selalu lebih tertutup daripada Jawa Tengah yang lebih terbuka. Tidak hanya pada topeng sebagai properti dalam pertunjukan wayang topeng Malangan, namun pada kostum juga cukup banyak memiliki perbedaan dengan daerah lain di Indonesia, begitu juga dengan struktur pertunjukan wayang, dan juga tarinya, namun perbedaan tersebut akan dijelaskan kemudian karena penelitian ini memang terfokus pada topengnya saja, sebagai aspek rupa/kriya dalam pertunjukan seni tradisi wayang topeng Malangan. Topeng Malangan atau Wayang Topeng merupakan sebuah Tradisi dan Budaya asli Malang. Sejarah Topeng malangan berkaitan erat dengan Kerajaan Kanjuruhan. Budaya ini merupakan hasil asimilasi antara Budaya India dan Jawa-Kanjuruhan, karena pada masa tersebut banyak pedagang dari India yang berdagang diKanjuruhan. Cerita yang sering dikisahkan dalam Wayang Topeng Malangan biasanya adalah cerita pewayangan India, seperti Ramayana dan Mahabarata.

Topeng Malangan memiliki ciri-ciri khas pada pemaknaan bentuk hidung, mata, bibir, warna topeng dan ukirannya. Topeng malangan memiliki 5 warna khas yang memiliki sifat masing-masing. Ada lebih kurang dari 76 Karakter tokoh yang terdapat dalam seni yang berkembang sejak zaman Hindu-Buddha ini. Hingga akhirnya hanya ada enam karakter yang paling menonjol dalam wayang topeng tersebut.

Putih memiliki sifat jujur, suci dan berbudi luhur, serta tulus. Kuning menggambarkan kemulian. Hijau menggambarkan watak yang suka damai. Merah menggambarkan  angkara murka, licik, dan keberanian. Hitam menggambarkan kebijaksanaan, ukiran dan ragam kias pada topeng malangan, berupa urna di bagian kuning berupa melati, kantil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun