Mohon tunggu...
djeng sri
djeng sri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - penuliscerita dan freelancer menulis

suka fotografi dan fiksi ;)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen| H.Kartini: Ketika Ibu Marah

21 April 2016   11:40 Diperbarui: 21 April 2016   12:05 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ia mungkin memaafkan, namun lambat laun ia akan mengerti, bahwa pola-pola itu telah hadir dalam perasaannya, dan kau tahu apa yang sedang kau rencanakan bukan?”

“Ia sudah tahu, ia sudah membaca, ibu sudah tahu, ayah sudah membaca”

“Semua itu hakmu, hidupmu, jal...”

“Kringgg....” sebuah panggilan di telepon rumah membangunkan ibu dari tidurnya

“Halo? Nana? Kenapa nak?”

“Ibu masih marah padaku bu?”

.

.

Melihat siluet bayangan dari sebuah lampu minyak, ia terhenyak. Begitu banyak tanda-tanda dan kode yang tersirat di tembok. Setengah mendengus ia bertanya pada diri sendiri, apakah selama ini aku mengerti tentang tanda-tanda dan kode itu? Apakah aku telah berubah begitu banyak, sehingga perubahan itu menciptakan sebuah deret kode yang sangat jelas dan tertata rapi?

Nyala api lampu minyak tiba-tiba mengecil, rupanya ia terlalu lama tenggelam dalam keasyikan diri, sehingga ia lupa, bahwa ia telah berbeda, ia telah membuat sebuah noktah yang tertata rapi, menyerupai sebuah arti dari sebuah kata "fade out"

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun