Mohon tunggu...
Diyah Kalyna
Diyah Kalyna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis itu berbicara kepada alam. Menceritakan keindahannya dan mengungkapkan rahasianya. Aku, kamu, menjadi kita.

Berasal dari Blitar, Jatim, pendidikan S1 di kota Solo, Jateng, dan sekarang domisili di Negara Brunei Darussalam. Sejak tahun 2015 bergabung dalam mediasi dan penanganan masalah tenaga kerja.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jangan Lepaskan Genggamanku Part 6

1 Oktober 2019   18:18 Diperbarui: 9 November 2019   08:27 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Haaa ... apa Bos, ngomong apaan, sih. Itu kejadiannya terlalu cepat dan spontan."

"Oke. Baiklah. Jaga diri baik-baik ya ... nanti aku bawakan oleh-oleh dari Singapore spesial untukmu."

"Jangan repot-repot, Bos."

"Bye, Sarah. Take care!"

Suara Yusuf menghilang setelah ponsel kumatikan. Saat berniat untuk kembali masuk ke cafe, langkahku terhenti pada dinding kaca yang membatasi luar dan dalam cafe. Pandangan fokus pada dua subjek yang sedang duduk di meja nomer dua.

Seorang perempuan modis, berkulit cerah, dengan tatanan rambut sebahu, sedang duduk di depan Adam. Terlihat mesra dari kejauhan. Sesekali terlibat dalam obrolan, lalu saling berpandangan. Mereka seperti mempunyai chemistry antara satu sama lain.

Degupan jantung memacu lebih cepat dari beberapa menit yang lalu. Perasaan hambar, tiba-tiba memasuki relung hati. Ahh ... sebak menggulung rasa tak menentu. Ada apa denganku?

Niatku yang ingin belajar membuka hati untuk Adam, kembali menghilang. Bersemi kembali nyanyian berhenti berharap, bersenandung merdu dalam kalbu. Apakah ini nyata? Ataukah hanya sekedar cemburu?

Kusandarkan tubuh di dinding, menarik napas dalam-dalam, sambil memejamkan mata. Agar terkumpul kekuatan dan ketenangan hingga tetap bisa bersikap elegan di depan semua orang. "Kau bisa Sarah. Buang egomu. Come on girls!" Lirih aku berbisik, berbicara pada diri sendiri.

Aku membuka mata secepat kilat, ketika merasakan bahuku dicolek seseorang. Semakin terkejut dengan tanganku yang langsung menyentuh dada, saat Yusuf telah berdiri tepat di hadapanku.

"Tu, Tuan. Sejak kapan berdiri di sini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun