Dari situ Nurcholish menuju Oberlin College, sebuah perguruan tinggi tua ( didirikan tahun 1833) di Ohio, dan memiliki tradisi sebagai oposisi terhadap pemerintah. Ia juga bertemu orang-orang dari Student for Democratic Society (SDS), sebuah gerakan kiri radikal yang didirikan tahun 1959 untuk mengkritik kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dianggap gagal menciptakan perdamaian dunia, khususnya keterlibatan Amerika dalam perang Vietnam 1957.
Nurcholish kemudian melanjutkan perjalanan ke Berkeley, dimana ia bertemu dengan Dorodjatun Kuntjoro Jakti, mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Depertemen Ilmu Politik, Universitas California, Berkeley.
Dorodjatun yang ketika itu bekerja di Voice of America ( VOA) mewancarai Nurcholish tentang Islam dan situasi politik mutakhir di Indonesia. Gambaran kader PSI mahasiswa Islam di Indonesia yang kolot rontok semua, dan berganti penuh kekaguman setelah itu.
Di California, Nurcholish juga berkunjung ke rumah John Ball, seorang penulis novel ternama yang karya-karyanya banyak diangkat di layar kaca.
Disinilah ia untuk pertama kali mencicipi buah zaitun yang bergizi tinggi. Dari Ball diketahui bahwa pohon zaitun bisa tumbuh ratusan tahun dan terus berbuah tanpa dipelihara. Di Yunani Kuno, mereka yang memiliki kebun zaitun adalah orang-orang kaya yang tak perlu harus bekerja. Mereka menghabiskan waktu untuk berfikir dan merenung. Tak mengherankan di Yunani Kuno lahir para filsuf ternama di dunia.
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H