“Dik Qom, mau saya kasih nama?”
“Ah, yang betul saja. Memangnya kenapa?” Qomariyah heran
“Ya tidak apa-apa. Untuk tanda kasih sayang saya”
“Nama apa sih yang untuk tanda sayang itu?”
”Omi.” jawab Nurcholish
”Oh, bagus sekali!”
Nurcholish tersenyum gembira. Dan untuk menyederhanakan ejaan Q diganti K, dan H dihilangkan, sehingga nama lengkapnya menjadi Omi Komaria.
Sejak itu, nama itulah yang digunakan...:)
Singkat cerita, perjodohan melalui metode ”santri connection” itu mengantarkan Nurcholish – Omi ke jenjang pernikahan pada tanggal 30 Agustus 1969, di gedung bioskop milik H. Kasim.
Setelah pernikahan itu, Nurcholish melanjutkan hidup di Jakarta sendirian dan baru memboyong istrinya di usia kehamilan 5 bulan.
Mereka menempati rumah yang dipinjami oleh Hartono, seorang pengusaha yang juga tokoh PERSIS ( Persatuan Islam) di daerah Tebet hingga lahir anaknya Nadia ( 26 Mei 1970) dan Mikail ( 10 Agustus 1974).