Tapi karena Qomariyah jam 07.00 pagi kuliah, maka disepakati bertemu di apotek Jl. Slamet Riyadi jam 09.00.
Saat Qomariyah tiba di apotek, ia melihat Miftah sudah menunggu bersama temannya. Namun karena ia hanya konsen pada kiriman orang tuanya dari Madiun sesuai info sebelumnya, ia acuh saja terhadap teman Miftah yang ternyata adalah Nurcholish.
Sewaktu teman Miftah membeli obat ke apotek, Qomariyah bertanya “Miftah, mana kirimannya?”
“Lha itu, Mas Nurcholish!” jawab Miftah pelan sambil senyum-senyum.
“Apa?” Qomariyah mengulangi pertanyaannya. “Itu, Mas Nurcholish Madjid! Kata Mas Nurcholish, situ sudah kenal?” jawab Miftah.
Qomariyah kaget bukan main “Ya Allah, jadi ini orang yang meminta saya beberapa hari yang lalu, dan sekarang sudah berada di hadapan saya?”
“Tidak Miftah, baru pertama kali ini saya bertemu!” ujar Qomariyah.
Nurcholish dan Miftah mengajak Qomariyah jalan-jalan, tapi ia menolak dengan alasan jam 11 ada kuliah.
“Hari ini tidak ada kuliah, tadi saya sudah telepon dosennya kok, dia kan teman saya” Nurcholish berujar dengan enteng.
Akhirnya mereka pun jalan-jalan bertiga...namun Miftah pulang duluan agar kedua sahabatnya itu dapat lebih mengenal tanpa tergangguJ
Di perjalanan di bus, Nurcholish memeri sebuah nama pada gadisnya sebagai tanda sayang. Ia mengeja nama Qomariyah di buku kecilnya kemudian mencoret-coret huruf dalam nama itu, dan tiba-tiba berkata :