Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengenang Cak Nur (Almarhum) – Jalan Hidup Seorang Visioner ( Bagian 2 )

1 Agustus 2012   04:52 Diperbarui: 5 Juli 2015   19:59 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun itu Nurcholish berkunjung ke Madiun untuk melihat gadis dalam foto itu. Qomariyah menyajikan air teh sebagaimana biasa bila ayahnya kedatangan tamu.

Ia sama sekali tidak mengetahui bahwa pria yang menjadi tamunya hari itu, sengaja datang untuk melihatnya.

Namun begitu melihat Qomariyah, Nurcholish menganggap gadis itu masih terlalu muda buatnya (17 tahun) sehingga ia mengatakan pada H. Kasim untuk menunda lamaran, dan akan berjuang dulu. H. Kasim menyetujuinya.

Qomariyah sendiri kemudian mengetahui bahwa tamu yang barusan pulang itu adalah calon suaminya. Spontan gadis yang masih duduk di kelas 2 SMA itu menangis sebagai tanda protes dan pemberotakannya.

”Ya sudah kalo tidak mau. Kalau dia bukan jodohmu dia tidak ke sini lagi, tapi kalau ia jodohmu, dia akan datang lagi menjemputmu. Kan Tuhan yang menentukan, bukan Bapak atau Ibu” demikian hibur sang ayah seraya menepuk-nepuk bahu putrinya.

2 tahun kemudian, Nurcholish mengirimkan surat pada Abdullah Mahmud untuk meminta bantuan melanjutkan proses lamaran yang dulu tertunda. Saat itu Qomariyah sudah kuliah di Fakultas Kedokteran - Universitas Islam Indonesia ( sekarang Universitas Sebelas Maret ). Ibunya yang mengantar surat itu ke Solo.

Hanya kamu yang bisa menjawabnya” ujar ibunya.

Air mata Qomariyah berlinang dan seraya bersujud di depan ibundanya, ia menjawab “Terima saja lamaran itu, Ibu

Ada 2 alasan kenapa Qomariyah memutuskan menerima lamaran pria yang belum dikenalnya itu. Pertama, ia ingin membahagiakan orang tuanya. Kedua, ia teringat mimpinya seminggu lalu,yang diyakini sebagai petunjuk Allah. Setelah shalat istikharah, ia bermimpi melihat bintang-bintang turun di atas kepalanya, dan ada satu bintang yang meluncur dengan cepatnya ke arah Barat.

Nurcholish segera menuju ke Solo setelah mendapat kepastian bahwa lamarannya diterima. Tapi ia lupa wajah gadis yang telah dilamarnya itu, sehingga ia minta bantuan temannya yang merupakan Ketua Umum HMI Solo, Miftah Faridh.

Miftah datang  ke asrama putri jam 6 pagi, untuk meminta Qomariyah datang ke kantor HMI pagi itu. Alasannya, ada titipan dari Madiun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun