Tahun itu Nurcholish berkunjung ke Madiun untuk melihat gadis dalam foto itu. Qomariyah menyajikan air teh sebagaimana biasa bila ayahnya kedatangan tamu.
Ia sama sekali tidak mengetahui bahwa pria yang menjadi tamunya hari itu, sengaja datang untuk melihatnya.
Namun begitu melihat Qomariyah, Nurcholish menganggap gadis itu masih terlalu muda buatnya (17 tahun) sehingga ia mengatakan pada H. Kasim untuk menunda lamaran, dan akan berjuang dulu. H. Kasim menyetujuinya.
Qomariyah sendiri kemudian mengetahui bahwa tamu yang barusan pulang itu adalah calon suaminya. Spontan gadis yang masih duduk di kelas 2 SMA itu menangis sebagai tanda protes dan pemberotakannya.
”Ya sudah kalo tidak mau. Kalau dia bukan jodohmu dia tidak ke sini lagi, tapi kalau ia jodohmu, dia akan datang lagi menjemputmu. Kan Tuhan yang menentukan, bukan Bapak atau Ibu” demikian hibur sang ayah seraya menepuk-nepuk bahu putrinya.
2 tahun kemudian, Nurcholish mengirimkan surat pada Abdullah Mahmud untuk meminta bantuan melanjutkan proses lamaran yang dulu tertunda. Saat itu Qomariyah sudah kuliah di Fakultas Kedokteran - Universitas Islam Indonesia ( sekarang Universitas Sebelas Maret ). Ibunya yang mengantar surat itu ke Solo.
“Hanya kamu yang bisa menjawabnya” ujar ibunya.
Air mata Qomariyah berlinang dan seraya bersujud di depan ibundanya, ia menjawab “Terima saja lamaran itu, Ibu”
Ada 2 alasan kenapa Qomariyah memutuskan menerima lamaran pria yang belum dikenalnya itu. Pertama, ia ingin membahagiakan orang tuanya. Kedua, ia teringat mimpinya seminggu lalu,yang diyakini sebagai petunjuk Allah. Setelah shalat istikharah, ia bermimpi melihat bintang-bintang turun di atas kepalanya, dan ada satu bintang yang meluncur dengan cepatnya ke arah Barat.
Nurcholish segera menuju ke Solo setelah mendapat kepastian bahwa lamarannya diterima. Tapi ia lupa wajah gadis yang telah dilamarnya itu, sehingga ia minta bantuan temannya yang merupakan Ketua Umum HMI Solo, Miftah Faridh.
Miftah datang ke asrama putri jam 6 pagi, untuk meminta Qomariyah datang ke kantor HMI pagi itu. Alasannya, ada titipan dari Madiun.